Total Tayangan Halaman

Senin, 20 Maret 2017

Siapakah dia, kau akan tahu

Sosoknya jauh dari Muhammad saw. yang Nuur nya berada diarasy sebagai awal kehidupan.
Justru dia laki-laki akhir zaman, yang berusaha keras tak terperdaya gemerlap kefanaan.
Sosoknya tak setampan Yusuf a.s,
justru kesederhanaannya lah yang menentramkan jiwa yang memandang.
Sosoknya tak seperti al Fatih ahli perang yang pandai memainkan pedang
Justru sifatnya tak berani mempermainkan hati anak orang

Namun belajar memuliakan wanita dan keluarga seperti Rasulullah, itulah dia
Namun belajar menyembunyikan rasa seperti Ali pada Fatimah, itulah dia
Namun belajar memperbaiki diri sebelum nanti menuntunmu, itulah dia

Akankah kau ragu menerimanya?
Sosok yang memperjuangkanmu dengan sebenarnya
Memperjuangkanmu dengan doa
Tanpa sedikit pun berani menganggu
kerena takut pada Tuhannya

Akankah kau ragu menerimanya?
Sosok yang melindungi kehormatan mu dengan penghormatannya
Melindungimu dengan cara luar biasa,
Tak menyentuh hati dan ragamu
Karena menjaga izzah dan maruah

Berbahagia lah jika kau diperjuangkan oleh sosok sepertinya..
Sebab ia tau, kau objek yang berhak dijaga dengan kemuliaan

Percayalah bahwa sosok seperti itu ada.
Walaupun tak ramai orang mengenalnya.
Sebab ia tau, ini tentang hal yang bukan main-main.
Percayalah bahwa dia ada
Walaupun kau sendiri tak mempercayai keberadaannya..
Sebelum dia benar-benar melengkapimu dengan kisah separuh agama..

Bukan dengan coklat
Bukan dengan buket bunga
Bukan dengan syair indah
Bukan dengan janji manis
Dan setumpuk kegiatan lain yang membuat Allaah swt. murka

Siapakah dia, bangga dengannya kau akan bangga menerimanya
Siapkah dia, dekat dengannya kau akan merasa dekat dengan syurga
Siapkah dia, memilikinya adalah buah dari pengharapanmu yang diletakkan hanya pada-Nya. Siapakah ia kau akan tau.

Sabtu, 18 Maret 2017

Terjebak Waktu

Tak sengaja kulihat seekor cicak menempel dalam jam dinding besar di ruang tamu. Kukira cicak itu mati, ternyata dia masih merayap di dinding kaca itu, perutnya kurus, dengan organ yang transparan. Kasihan sekali pikirku. Berapa lama dia terjebak didalam jam, dia lebih menyerupai mumi, terbungkus kulit nya yang pucat, dengan tulang dan selaput kaki yang kering.

Seolah menjadi pengingat untukku. Yang terlalu asik dengan kesia-sia an waktu. Apa bedanya dengan cicak itu. Sama-sama terjebak waktu. Tak bisa mencari makan, bertemu kawan, dan mengerjakan hal lain yang lebih membahagiakan.
Terus menunggu hingga waktu berputar, tak tahu apa yang harus dilakukan.

Lagi, lagi dan lagi itu semua sebuah kesia-sia an. Apakah tidak ada hal lain?

Ada ibadah yang harus kau tingkatkan.
Ada pekerjaan dunia yang harus kau selesaikan.
Ada orang yang kau sayangi yang merindukan.
Tapi apa? Kau pikir waktu dapat menyelesaikan masalah tanpa kau kerjakan?

Kau masih menunggu waktu menyembuhkan luka?
Justru sebaliknya, sembuhkan luka dengan waktu yang berguna.
Dengan mngepakkan sayap-sayap mu walau masih terasa rapuh. Kelak kau akan terlatih.
Ayolah.. dulu ya dulu, jadikan semua sebuah pelajaran. Esok ya esok, persiapkan dengan matang walau Allaah yang menentukan. Sekarang, lakukan yang terbaik dalam harimu, jangan terjebak waktu kemarin dan terlalu mengkhawatirkan esok.

Jangan terjebak waktu!
Hingga kau lupa melakukan yang terbaik pada waktu yang kau punya saat ini.
Jangan terjebak waktu!
Hingga kau lupa menjadikan pelajaran waktu kemarin.
Jangan terjebak waktu!
Hingga kau lupa menata anak tangga.

Barometer kehidupan ditentukan sekarang. Dulu dan esok adalah waktu intropeksi serta untuk membenahi.
Kau hidup sekarang bukan kemarin dan akan datang. So, tugasnya..
Ikhlas untuk kemarin dan ikhtiar untuk masa mendatang. 😊😊

Pernah nggak sih?

Pernah nggak sih..
Tiba-tiba pengen nangis lihat tukang becak yang ngayuh kendaraan roda tiga nya, bahkan usianya sudah tak muda lagi?

Pernah nggak sih..
Tiba-tiba nggak mau senyum lihat ibu-ibu dorong gerobak di pinggir jalan dagang gorengan?

Pernah nggak sih..
Tiba-tiba nggak mau beli sesuatu karena lihat orang lusuh bawa-bawa karung mungutin barang bekas?

Pernah nggak sih..
Tiba-tiba lihat orang gila terus mikir, apa jadinya kalo hal itu terjadi dengan kerabat, atau bahkan kita sendiri?

Pernah nggak sih..
Tiba-tiba pengen borong koran yang dijual seseorang dilampu merah karena tau pasti koran akan sangat tidak diminati di era teknologi?

Pernah nggak sih..
Tiba-tiba nyesel nawar murah barang dagangan orang di pasar, tapi nggak pernah mikir dua kali beli apapun di mall demi terlihat gaya?

Pernah nggak sih..
Tiba-tiba marah sama penjual mainan yang mengiming-imingi robot ke anak dengan cara menjengkelkan, tapi setelah itu sadar, mereka cari nafkah segitunya, terus inget orang tua?

Pernah nggak sih..
Lihat pedagang jelly hanya bermodal cup bekas ice cream yang ditata rapi di etalase sepedanya, terus mikir, dengan segala keterbatasan 'perlengkapan' dia ikhtiar, sedangkan kita mah apa?

Pernah nggak sih..
Lihat pedagang selada beresin dagangannya dibawah pohon ketika gerimis. Dan kita masih foya-foya?

Pernah nggak sih..
Lihat pedagang jual kerupuk naik sepeda, bahkan itu kerupuk ditumpuk 2x lebih tinggi dari badan dia, dan kita masih banyak gengsinya?

Pernah nggak sih..
Lihat bapak2 jalan sendiri di luar garis pejalan kaki di lalu lintas kota, sambil nyeret kaki nya yang stroke. Bahkan ngeri, pada di klakson kendaran, dan kita sedih nggak bisa bantu apa2?

#ciamisarea
#bantujikabisa

Little thing called Memory

Perbincangan kami semakin melebar, quality time si sulung, bungsu dan surganya..

"Nak, ketika syukuran 7 bulanan, Ibu dapat pesan dari sesepuh kampung kita, dia menuliskan pada mukaddimah mushaf Al-Qur'an bahwa, Insyaallaah ibu akan mendapat anak perempuan. Dan alhamdullilaah, kamu lahir."

"Kamu lahir dari doa tulus yang Ibu panjatkan, agar kakak perempuanmu punya teman. Kamu tau kan, dia selalu membantu Ibu, bahkan sejak SMP mandiri mengurus cucian, rumah, dapur, serta kebutuhan 2 laki-laki 'bandel' kita, (sambil lirik kepala suku) bahkan kakak mu sempat menangis, capek katanya. Disana ibu berdoa agar mempunyai satu putri lagi."

"Iya, tapi ibu lupa berdoa supaya dia nggak manja."
Tiba-tiba kakak tertuaku menimpali.

Issh, dasar ya, aku mencari daun telinganya. Dia berhasil menghindar sambil terbahak. Sementara aku masih malu, dalam hati membenarkan.

Tapi ibu membela ku,
"Ih alhamdulillaah segini mah udah ada perubahan".
(Semanja apakah aku dulu.. 😅)

"Ingat? Saat Ibu ingin mendaftarkan mu ke As-syifa? Setelah lulus RA Ibu ingin menitipkanmu disana, karena Ibu sadar ilmu agama yang bisa kami berikan sebatas mengenalkanmu huruf hijaiyah.
Sedangkan disana kamu bisa lebih pandai, apalagi tentang ilmu agama.
Tapi, melihat mu ketakutan, serta terus memeluk Ibu erat, kau berhasil membuat ibu enggan nak, serta membatalkan rencana. Maka cita-cita Ayah dan Ibu mendaftarkan mu ke pesantren harus ditunda."

Nah barulah setelah lulus sekolah dasar justru kau sendiri yang meminta tinggal di pesantren. Ibu senang sekali, tapi walupun begitu, tetap terselip rasa khawatir kami setiap harinya.

"Kau tau, Ayah pernah meminta ibu mengawasimu dari jauh, dari seberang jalan ma'had mu, dari depan rumah Kyai ..
Dari kejauhan, ibu mencari sosokmu di antara mukenah mukenah putih yang lalu lalang, dan akan pulang ketika berhasil menemukanmu dengan kebahagiaan..
Bahkan Ayah berpikir untuk punya sepetak tempat berteduh dekat asrama, agar kami bisa melihatmu.. "

Dalam hati; Keterlaluan, seusia ini aku baru mengetahuinya.. udah berapa tahun berlalu coba.. 8 tahun! 😂
Terharu kan jadinya..

Jadi kalian tak menemuiku?
Hanya melihat dari seberang jalan?
Aku hanya tertawa, dengan mata memerah, segera kusembunyikan wajah dibalik khimar, padahal mati-matian aku menstabilkan emosi baperku. Dasar aku, tak ingin terlihat cengeng, gengsi.

Jarak mudifahku waktu itu sekitar 2 hari sekali (awal masuk), berarti sebenarnya mereka hampir setiap hari menjengukku. Ah jika ada kejuaraan santri tersering di jenguk, maka akulah pemenang nya.. 😅

Rupanya cita-cita terbesar Ayah dan Ibu adalah ini. Alhamdulillaah aku pelopor cita-cita itu (walau paling singkat durasinya 😅). Dan generasi setelahku (2 cucu tertua mama) mereka mengenyam pendidikan madrasah dan pesantren. Dan aku, kami lebih tempatnya, harus meneruskan cita-cita mulia ini.

Ayah Ibu, kalian adalah guru abadi di  universiitas kehidupan ku. Sebab banyak hal rumit yang tak bisa kupelajari diluar sana..

Apakah kau sepakat?

Aku tau, kau berubah lebih terarah
Kau tau, aku memantaskan tak lelah

Berjuang dijalan yang berbeda akan lebih terasa, ini sebuah penjagaan maruah
Terasa indah
Terasa berkah
Terasa bagaikan..
aku, kau tumbuh menjadi bunga merekah
Tanpa satu dan lainnya berbalik arah
Dari ilmu tentang menjaga izzah

Berjuang dijalan yang berbeda lebih baik
Kau belajar berjiwa heroik
Aku belajar kelak mendidik

Daripada salah langkah
Daripada salah kaprah
Daripada menimbulkan fitnah
Alih-alih mengatasnamakan rasa
Nyatanya manut pada nafsu belaka
Kita sependapat
Bahwa bagaimana itu maksiat
Maka kita harus tau cara bertaubat
Antara kita, ciptakanlah ruang bersekat
Apakah kau sepakat?