Total Tayangan Halaman

Jumat, 31 Agustus 2018

Terimakasih Guru

Malam ini dapat nasihat makjleb.

"Jika belajar dari buku, harus diklarifikasi pada orang yang lebih faham, takutnya bersumber dari oknum yang menyimpang. Apalagi belajar dari internet, google." Hmm..

Berbeda dari sumber internet, dulu saya menelan bulat apapun yang biasanya bersumber dari buku. Karena keabsahan nya bisa teruji klinis. *eh maksudnya, kan buku pasti diterbitkan lewat penyaringan tim audit. Baik segi isi materi dan penulisan. Jika lulus penyaringan dipenerbit, pasti aman "dikonsumsi".

Dulu saya menganggap setiap buku pasti berbobot, karena yang namanya nulis itu perlu berpikir, tak seperti bicara yang kadang ngalir kemana aja.
Garis besarnya. Tulisan nggak mungkin "kosong", tapi yang namanya bicara ada istilah "omong kosong".

Tapi yaa itu dulu..
Salah satu nampar bikin sadarnya adalah, pertama, dulu di salah satu perpustakaan saya meminjam buku fiksi berjudul Mr.Darcy saya masih ingat judulnya tapi tidak dengan isinya, yang pasti alur dan isinya vulgar sekali apalagi dikonsumsi anak sekolahan seperti saya yang masih remaja esema lugu, polos polesan dan alay.

Kedua, pernah pula 'makan' buku yang berbau aliran tertentu, yang katanya aliran itu menyimpang dari ajaran Islam. Itupun setelah disadarkan oleh kepala suku. Ya jika dia nggak kepo-kepo sama buku dan materi yang sedang saya baca, mungkin sampai saat ini masih slebor milih camilan, *eh buku.

Sejak saat itulah kalo beli atau pinjam buku yaa semakin jeli, siapa penulisnya dan bagaimana track recordnya. Begitu begitu deh. Apalagi sekarang, banyak toko2 buku online yang murmer.. pernah pengen borong beberapa buku tentang wanita-wanita dalam Islam seperti Aisyah, Ashiya, Fatimah, Khadijah yang setiap bukunya ditarip nggak lebih dari 40K loh, padahal tebal pula isinya. But setelah d check writernya, Syi*h. You know lah yaa.. bukan apa2, apalah saya yang masih awam begini, hati-hati pasti perlu, karena bukupun bisa menjadi guru.

Walaupun esensi sejarahnya ada dan sama. Tapi kalo kita belum tau yang sesungguhnya dari ajaran kita, terus baca2 versi dia, kan gimana. Ibaratnya anak TK baca koran berita penculikan, dikoran foto penculiknya pake baju hitam-hitam. Pas ketemu orang asing pake baju hitam-hitam malah lari ketakutan. Wkwk naah itulah kalo misalkan anak belum tau nggak semua yang pake baju hitam itu penculik.

Ah, intinya terimakasih, para guru kehidupan. 


Beedailynotes17Juli

Sama-sama tapi Berbeda

Dulu saya percaya bahwa setiap orang itu sama, asalkan satu bakal, satu bibit, akan sama persis tumbuh dan rasanya, seperti 2 buah apel dari satu pohon.

Sekarang, saya percaya, tidak menjamin seperti itu adanya. Walau satu bibit, satu pohon, 2 buah apel akan berbeda takdirnya.

Jika..
Yang pertama jatuh sebelum waktunya yang satu dipanen.
Yang satu terkena hama yang satu tidak.
Yang satu dipetik pencuri yang satu oleh pemiliknya.
Yang satu terbentuk sempurna yang satu cacat bentuknya.

Yaa begitulah.

Semua itu relatif, takdir yang mutlak. Begitupun dengan takdir manusia. Siapa yang tau..

Lalu bagaimana Adam dengan cerita kedua anaknya, Habil dan Qabil.
Padahal mereka dari rahim yang sama pula. Sungguh, itu awal kehidupan yang mengajarkan banyak hal pada kita.

Apalagi zaman sekarang; keluarga rela bercerai berai hanya karena hal tak guna, fana.

Sebab dewasa kini, banyak diri yang tercurangi saudaranya, mencuri hak saudaranya, menuduh saudaranya. Apalagi oleh orang lain?

Maka apa guna beragama? Ditambah pula dengan beragamnya kita. Siapa yang bisa menyatukannya, selain agama?

Karena agama, karena Islam, dipenjuru lain dunia saudaranya sedang sakit, yang lain ikut merasa, bagaikan satu tubuh. Sebab dalam Islam semua muslim bersaudara, tanpa mengenal batas jarak waktu dan tempat, pun dengan adat.

Ukhwah yang terjalin karena agama, dapat menggerakkan lautan umat manusia, gelombang yang maha. Siapa yang tak takut dan takjub, kecuali musuh nyata.

Itulah sekeren-kerennya ikatan.
Yaitu seberapa jelas tujuannya, asal dan kembalinya; Allaah.
Sebab agama, seberbeda apapun karakteristik mereka, selagi memahami tujuan, asal dan kembalinya satu, akan mewujud keserasian yang abadi. Keberkumpulan yang didamba bersama; syurga. Sebab Allaah semata sebagai hulu dan hilirnya. 

Beedailynotes22Juni

Allaah, Guide Me

Yaa Allaah
Ini tentangku.

Yang selalu memaksa
meminta kasih dan sayangMu.
Sebab jika bukan dariMu,
siapa yang bisa kutunggu.

Yaa Allaah
Ini tentangku.
Dengan dunia dan kefanaannya
Yang telah kurenungi.
Dengan manusia dan harapannya
Yang telah kujiwai.

Tak ada ketenangan jika tanpamu..

Yaa Allaah
Ini tentangku.
Menyaksikan banyak insan
Yang Kau beri hidayah keimanan.
Padahal awalnya?
Mereka pendosa dg berjuta kemaksiatan.

Yaa Allaah
Ini tentangku.
Menyaksikan banyak insan
Yang Kau cabut keimanan.
Padahal awalnya?
Mereka penghamba dg berjuta ketaatan.

Yaa Muqallibal quluub..
Lalu bagaiamana denganku?
Yaa Allaah..
Tetapkanlah segala kenikmatan iman bagiku dan jangan kau ambil..

Jangan perkenankan air mataku menetes, selain karena merinduiMu..
Dan menyesali kesalahanku..

Jangan perkenankan hatiku tergetar
Selain menyebut Asmamu..
Sebab siapa pantas memenuhinya selain yang mencipta.

Yaa Allaah
Kau begitu dekat
Kematian begitu erat

Yaa Allaah
Ambilah nyawaku
saat aku benar-benar mencintaimu.
Saat kalbu terpenuhi cahayamu.
Saat aku telah teridhai olehMu.
Sehingga bisa Kembali
dengan keadaan sebaik-baik iman,
Dan setinggi-tingginya ketaatan.

Yaa Allaah
Ini tentangku.
Dengan segala kerendahan hati
Meminta petunjuk untuk diri.
Tunjukkan..
Tuntun aku..
Tuntun aku..
Lalu Iringi dan Ridhai langkahku..
Yaa Rasyiid Yaa Mujiib..

Beedailynotes31Mei

Kehilangan

Huaaaahh. Ekspresi luapan sampah emosi kali ini.

Sabar sabar.. siapa sih yang nggak pernah kehilangan? semua pasti pernah ngalamin yakan.. entah itu kehilangan sendal jepit, uang, buku, masa kecil, ingatan, orang terkasih, ceiileeeh...

Saya pernah menyaksikan teman saya marah marah nangis segala macem pokoknya, ko ada yang kehilangan isi memori handphone sampai sefrustasi itu.
Fikir saya.
Suatu hari pada akhirnya saya pun mengalami hal serupa dan yaa emang nyesek sih, maklum dulu kartu memori anak alay tuh isinya penuh kenangan, namanya juga memori. 😁😁 lagu foto2 temen qoutes kayak gitu adalah hal yang berkesan. Apalagi kalo foto itu nggak di upload, karena belum punya sosmed. Udah hilang nggak bisa dicari dan diulang lagi tuh kenangan.

Puncaknya saya pernah juga kehilangan file foto 'terakhir' saya dengan kedua orang tua sebelum bapak pergi selamanya. Ya waktu itu notebook saya dipinjam dan entah kenapa jadi hilang semua file fotonya. Duh mbaaakk... 😭😭

Kita tidak pernah membiarkan seseorang benar-benar pergi jika kita membiarkannya tersimpan dalam hati.

Begitulah penguatnya.
Tapi tidak cukup disimpan dihati sih lebih baik disimpan dalam doa, karena kita orang yang beriman maka harus mengimani adanya hari akhir dan kehidupan setelah kematian. Dan kesemogaan untuk dipertemukan lagi adalah motivasi yang sangat membahagiakan. Apalah artinya sebuah foto, batinku.

Seseorang akan dikumpulkan dengan orang yang dicintainya.

Semoga.

Kehilangan sejatinya sebuah kepastian. 

Mereka yang setiap harinya jalan bareng, makan bareng, ke kampus bareng, kemana2 bareng juga suatu saat akan dipertemukan dengan perpisahan, kehilangan. Ituuu tuh mereka... iya jasad sama ruh. Jasad bisa kehilangan ruh padahal mereka adalah sesuatu yang paling lengket kemana2 berdua.

Apa yang membuat kita merasa kehilangan, padahal semua ini hanya titipan. Bahkan nyawa pun adalah ruh yang dititipkan pada jasad!

Apalagi harta
Apalagi tahta
Apalagi si eta

Yakin nggak akan berpisah?
Yakin nggak akan hilang?

Jadi apa yang harus kita lakukan saat kehilangan?

Pertama: Sadar. Bahwa semua hanya titipan dari Allaah, jadi Dia berhak membawanya kapan saja. Kita lahir kedunia tak membawa apapun yang melekat dalam badan begitupun saat mati tak ada benda lain yang dibawa selain amal dan kain yang membungkus badan.

Kedua: Ikhlas. Seikhlas-ikhlasnya, lepas selepas-lepasnya. Caranya? Mirip-mirip usaha untuk move on. Tapi bukan dengan melupakan. Hanya perlu lebih mendekat pada Allaah. Yes, sesimple itu.

Ketiga: Yakin. Dengan kehilangan kita akan mendapat ganti yang lebih baik. Misalkan handphone hilang, sabar rela, pasti ada gantinya. Yang lebih baik pula.

Ini kehilangan apa sih sebenarnya yang sedang dibahas?
Kan sudah dijelaskan diawal; kehilangan sendal jepit, uang, buku, masa kecil, ingatan, memory card, kenangan, orang terkasih. Yaa gitu-gitu deh. Sadar, Ikhlas, Yakin!

Beedailynotes06Januari