Total Tayangan Halaman

Rabu, 25 April 2018

Today Activity: Jadikan aktivitas menjadi Pembelajaran anak tanpa batas

Allaahumma Shoyyiban Naafi'an..

Hujan mulai menjatuhkan diri pada dedaunan, dari awan yang sempat tertahan diperaduan.

Sudah hampir seminggu nggak hujan, paling hujan2 kecil. Gerimis. Sempet berpikir juga, emang iya sekarang sudah musim kemarau, dan berinisiatif apa salahnya mulai berhemat air dari sekarang, sampai2 nggak mandi kalo nggak kotor2an. 😆
Tapi nggak deng hari ini mah kudu mandi, secara gitu abis perjalanan jauh. Ke perpus kampus, belanja dsb.

Iya, hari ini pergi ke perpustakaan guna mencari sumber referensi untuk BAB 2 skripsi. *Yang lain sudah penelitian helloo.. whatever.
Seberapa sibuk kah? Ini lebih rumit untuk dijelaskan. Yang pasti semua punya pertimbangan dan perjuangan masing2.

Pulang sekolah, saya tanya keponakan saya A.Z Siti Aisyah mau ikut ateu nggak, dia excited banget laah pas denger gitu doang juga, langsung ganti baju dan nyamper ke rumah pas adzan dhuhur, dan nggak sholat dulu. 😂

Ini sudah saya niat dan rencanakan jauh2 hari. Dan baru kesampaian hari ini. Bagian Proses Belajar dan sosial experience untuk anak.

Oke pembelajaran 1. Ngajak sholat. Eh nyuruh deng, kalo ngajak pasti sholatnya berjamaah. Ini ateunya butuh persiapan dan tradisi sebelum sholat (setengah mandi dan make up dulu, biar cakep pas sholat nya 😄) jadi nggak sholat bareng dia.

Karena kepala suku ada agenda rapat dari Panwaslu saya telpon ojek online dulu *dan itu masih kakak laki2 gue deng yang ke 3 😆

Pembelajaran 2. Social Experience.
Saya ajak Alya naik angkutan kota, seharusnya sekalian kenalan eh kenalin yang didepan itu namanya pak supir, angkutan kota berhentinya di terminal, dll tapi tadi lupa, bahasnya tentang batas wilayah, gara2 lihat gerbang selamat datang Ciamis. Dia sempat kira sebelum batas itu katanya Sukahurip (kampung kita itu mah wkwk). Lalu sibuklah saya meluruskan persepsinya juga mengenalkan beberapa rambu lalin yang kami temui di jalan.

Pembelajaran 3: Mengenal Perpustakaan.
Itung2 refreshing dan bounding time dengan keponakan saya Alya, saya ajak dia ke perpustakaan, pembelajaran nyata tema tempat2 wisata. Iya wisata edukatif kan?
Saya beri tau sebelum berangkat bahwa kita akan pergi kemana saja hari ini, salah satunya ke perpustakaan, tentu untuk anak usia TK belum tau itu tempat apa. Ini kesempatan emas, saya jelaskan kalo perpustakaan itu gudang buku dan ilmu.

Selebihnya di TKP, saya ajak dia mencari dan mengembalikan buku pada raknya, bagaimana peraturan disana tentang jangan berisik dll.
Setelah membaca beberapa buku bersama kami keluar perpustakaan, dia tiba2 bertanya "Ateu denda itu apa?" Saya mengingat apa maksud pertanyaannya, ternyata ini karena tadi saya telat mengembalikan buku. Pasti dia mendengar kata denda dari pernyataan petugas perpustakaan. Dan bla bla kembali saya jelaskan.

Iya sejak berangkat Alya sudah banyak bicara dan bertanya. Dan itu bagus, tinggal respon kita yang kudu lebih cerewet edukatif ladenin ocehannya. Kita pasti banyak terkesima dengan pertanyaan dan pernyataan mereka. Dan yaa saya telah membuktikan.

Pembelajaran 4. It's shoping time. Namanya juga anak kecil diajak pergi ke pusat perbelanjaan girangnya minta dijajanin. Kalo nggak pinter2 tanteunya ngasih pengertian kalap tuh, nggak tau apa ateunya juga nahan mati2an nggak nyentuh trolley belanjaan.

Sabar ini ujian akhir bulan. Bedakan keinginan dan kebutuhan, kebutuhan primer sekunder dan tersier, ingat masa depan. Jangan besar pasak daripada tiang. 😅
Pembelajarannya ya itu, jangan lapar mata harus sesuaikan dengan apa yang kita punya *uang maksudnya.

Lalu belajar disuruh nyimpen dan ngambil barang di tempat penitipan. Beri beberapa kegiatan yang mendukung keberaniannya. Salah satu contoh saya minta dia pergi ke tumpukan keranjang belanja *untuk balikin keranjang. Ateunya latah bawa keranjang sgla kayak mau beli banyak padahal.. wkwk
Ditempat makan pun sama, saya minta dia memintakan tissue di meja orang lain, sederhana sih tapi untuk seusianya itu pencapaian luar biasa. Dan pasti ada kebanggaan tersendiri baginya, begitulah beri kepercayaan pada anak untuk melakukan beberapa hal.

Pembelajaran 5: Bertamu.
Saya mengenalkan teman saya, tentu dong masa ni anak dianggurin gitu aja, nggak tau siapa yang kita datengin. Dan jangan kayak Ibu2 dulu ya mereka selalu keenakan dan nggak peka malah kalo anaknya udah bosen dirumah orang sampai harus ngerengek2 tanda minta pulang. Sering2 tanya anak. Contohkan adab bertamu juga, seperti membaca salam dll.

Waktunya pulang, mendung2 tapi nggak hujan. Syukurlah khawatir banget soalnya bawa2 anak orang takut kenapa2. Dan tak lama setelah sampai dirumah, ternyata hujan juga.

Bagian bersih2, mandi, makan dan diobat, karena saya sedikit pusing. Entah masuk angin atau kenapa. Ini sensasi biasa setelah saya jadi boncenger kalo nggak pusing yaa sakit pinggang. Duh emakk kuy buka jajanannya.. 😂
Eh jadi ingat mamake, kesampaian juga beli kue bolu pesanannya. Tadinya bingung nih beli dimana. Mamah ketagihan kue yang dikasih temen, soalnya rasa tu kue mirip banget buatan kita dulu. Masa iya harus nanyain ke yang ngasih beli dimana, takut ngode ingin dikasih lagi. 🙄

Done!
Dan itu adalah sebagian cerita dari aktivitas yang kami lalui hari ini. Seperti biasa, ini curhat basa basi yang semoga bermanfaat dan menginspirasi. 

Selasa, 24 April 2018

Whatever

Dibuang sayang.
Dailynotes: 16/04/2018

Bukan berdebu lagi.. ini blog udah kayak ditabur abu vulcano kali yaa..

I'm back.. wkwk whatever.🙄

Hibernasi bukan. Beberapa bulan ini lebih pada pemantasan diri. Hoalaaah lebay.. yes its true. Jadi gini, biasalah yaa kalo udeh ditampar baru langsung sadar.

Ada seseorang, perempuan hebat dengan managemen rumah tangga yang kuat juga. Dateng ke rumah, geleng-geleng, dia bilang:
"nduk nduk kamu tuh ya baru tinggal sendiri aja udah kayak gini.. and blablabla.."
yaiyalah kalo dibandingin sama dia kalah lah aku. Dari remaja udah pinter pekerjaan rumah, lah saya kelas 4 masih disuapin, semester 4 masih bobo bareng mama. Sekarang juga sih. 😂

Jadi beda lah.

Accountan hebat tidak belajar akuntansi saat dia sudah menggeluti pekerjaan di perusahaan. Tapi dia menyiapkan waktu sebelumnya untuk belajar menjadi accountan. Bisa kursus atau kuliah.

Lanjutnya..

"Saya juga nduk yang bisa dibilang udah jago urus rumah sejak muda, pas nikah mah sama masih keteteran apalagi yang nggak belajar." 😂

Masa iyaa..

Oke.

Aku juga bisa ya mah.

Dan imbasnya. Tetiba merasa terpanggil untuk kembali memaksimalkan peran menjaga amanah yang dititipkan. Dan akhirnya kembali saya tegaskan pada diri, belajar untuk berbagi waktu antara, tugas akademik domestik dan mendidik.

Yaa mengenai tugas akademik memang sedikit telat revisi proposal, rencana satu minggu tapi nggak kehandle, jadinya harus nunggu kurang lebih 2 minggu karena dosen pengujinya berangkat umrah.

Saya yakin ini bukan sekedar kebetulan. Tapi kesempatan.

Syukuri semoga bisa tancap gas lagi walau sudah bercabang-cabang mikirnya.

Domestik?
Yaa ini yang awalnya lebih diprioritaskan, karena kemarin kedatangan tamu yang geleng2 kepala masih hidup sendiri tapi rumah kayal gini. Gimana nanti. Dan banyak tamparan lain yang bikin sadar. Iya juga ya. Gimana mau direstuin kalo gini. Ehh 😂😅

Jadilah tiap hari kudu pagi2, ibadah, beresin tempat tidur, buka2 jendela, matiin lampu, masak nasi, air, siapin sarapan, nyapu, pel. Siang setelah bertugas, tugas domestik lanjut lagi, cuci baju, cuci piring, masak makan siang. Lanjut nyetrika dan tugas sunnah lainnya. Diluar kondangan, dan nyambungan. Dan sore pun tiba.. mandi ngenutrisi hati. Jam 9 teng udah kecapean. Tidurlaah.

Pertanyaannya.. dimana waktu ngerjain skripsi? 😂

Padahal itu prioritas..
Yaa saya ngerjain diselip2 aja dimana. Atau terpaksa tugas domestik harus delay. Dikorbankan.

Inipun.. saya curhat sambil on the way rumah. Nggak berasa 4.27 sore, padahal belum makan daripagi. Abis revisi dan lanjut siap2 ngenutrisi hati setelah bertemu member multilevel pahala. Apa harus mangkas waktu tidur?

No !! 😂

Senin, 23 April 2018

Malam ke Pagi

Ditemani suara hening malam, ah apa yang harus aku tuangkan? Tentu banyak banyak banyak hal penting terjadi selama ini. Telah cukup membuat pemikiranku carut marut. Bercabang kesegala bidang.

Yang aku tau. Oh begini nyatanya hidup. Masih keras dunia yang bahkan usianya yang hampir tutup.

Kerja dikerjain.
Yaa.. banyak yang pintar tapi membodohi.
Jujur dikhianatin.
Yaa.. yaa.. kejujuran. Hal yang mahal diwariskan, sulit ditanamkan, dan dibiasakan.
***
Mau pinjam referensi dari perpustakaan, katanya referensi itu tak boleh dibawa ke rumah. Yasudahlah dibaca sekilas saja. Seminggu kemudian datang untuk kembali melihat referensi tersebut, lucu sekali, hampir semua referensi terbitan tahun terbaru itu hilang dari perpustakaan. Katanya dipinjam secara ilegal. Curang pikirku. Untuk apa petugas perpustakaan, untuk apa aturan? Jika kejujuran sekecil itu diabaikan. Katanya jugaa, jgn aneh pinjam ilegal ini sudah jadi warisan tahun ketahun. Apaapaan. 😑
***
Ada orang yang masih diam jika sebagian haknya tidak kau tunaikan tidak terganti dan terbayarkan. Diam bukan berarti tidak tau.
Karena kelak bukan dia (yang diam) yang akan memperhitungkan kesalahanmu, tapi DIA.

Kok gini yaa..
Hidup seakan2 demi uang. Iya uang memang dibutuhkan tapii.. masa iya sampai nipu2 orang. Nyikut, curang..

Ada yang teriak paling benci orang, tapi disaat lain justru berkawan? Asas pemanfaatan. Jangan sampai makanyaa kalo benci yang wajar, kalo cinta juga yang wajar2 saja.. apalagi cintanya belum halal. #absurd
***
Another day.
Flashback on.


Minggu 2 pekan lalu.. pukul 9 pagi lebih saat asyik2nya berkecimpung dengan pekerjaan domestik mingguan (baca saja nyuci), tiba2 telpon berbunyi.. "Beloved" begitu pemanggilnya tertera dilayar handphone. Saat itu juga tetiba air wajahku berubah, sumbringah. Mantap melangkah walau dengan daster berkibar indah, menjemput cintah.. eaa..

Kebiasaan memang, dia senang sekali memberiku kejutan, pulang nggak bilang2. Mending kalo rumah sedang terkondisikan. 😂
Kukecup punggung tangannya mengharap berkah.. mamaah..

Segala makanan dia bawa, tau banget udah lama aku nggak re-stock makanan dikulkas.

Lalu hari2ku berlalu dengan indah dan manjah.. 😄

Yaa walau begitu tetap saja sih kadang ada hari yang sangat disesalkan, pagi2 kelupaan. Kebiasaan hidup sendiri nggak ngeuh harus ada yg diladeni, lupa nggak masak air, padahal mamah wajib banget ngopi pagi.. lupa nggak masak nasi nyiapin sarapan (karena kalo udah dikejar deadline makan pun kadang minta aja ke kepala suku, karena nggak sempet masak).
Alhasil mamah lagi mamah lagi yang siapin makan.. duhh malu.

Malu, kalo aku pulang 'bertugas'. Rumah udah beres, bersih, cucian udah dijemuran, makanan terhidang. Siapa lagi kalo bukan mamah yang mengerjakan.

Karena kalo mamah lihat aku nggak sarapan misalnya, dia khawatir banget.. maksa2 makan..

"maah.. I'm ok. Udah biasa."

Kalo mamah lihat aku lembur ngambil tugas sekolah dikerjain dirumah terus tau kan berapa tuh upahnya. Nggak jarang dia bilang..
"Neng udah dong berhenti aja (kerjanya) gaji nggak sebanding sama capenya." 😯
Kali ini bukan sekedar itu maknanya. Aku tau, artinya mamah meminta 'waktu', ditemani.

Jadilah aku ingat kembali, pada kejadian lalu, saat aku sering datang siang ke kampus, karena menyiapkan ini itu untuk mamah.. dan percaya tidak? Banyak keajaiban saat aku mengutamakan mamah. Sering dosen nggak pada masuk saat itu, karena alasan mendesak dan mendadak. Allaahu akbar.. lirihku..
Ini no hoax yaa.. nyata banget. 😁

Dan kali ini pun sama; Mamah tetap porsi utama.

Hari2nya kulalui mendengarkan curhat mamah.. tidak sedikit cerita itu kudengar berulang2, tak apa..

Kudengar harapan2nya..
Kuberi secangkir kopi, teh, dan biskuit.. sekedar memijit tangan dan kakinya, kupandangi wajahnya lekat2 yang menampakkan kerutan. Kelelahan.

Aku berpikir, apa yang bisa kulakukan?
Untuk membayar semua pengorbanan dan perjuangannya untuku selama ini.

"Wanita hebatku. Malaikat tak bersayapku. Pelindungku.
Aku tak bisa memberi apapun padamu. Aku hanya meminta pada Allaah, untuk menjagamu, dimanapun kau berada. Menempatkanmu kelak disyurgaNya."


Perlu kita tahu. Bahwa memang ibu kita sering berlaku curang.

Pernah suatu hari, aku dan mama pergi ke perantauan saat libur semester. Setibanya di terminal kami langsung naik taxi sampai depan gang rumah.
Tapi mamah curang, saat masa liburku habis dia antar aku hanya sampai ke terminal, menggunakan taxi juga. Haru sekali rasanya. Aku mendapat lambaian tangannya saat bis yang kunaiki beranjak kembali ke kampung halaman.

Lalu curangnya, mamah pulang lagi ke rumah dengan menaiki bis metromini dan kopaja. Biar apa coba. Alasannya mamah takut naik taxi sendiri, mendingan naik bis saja. #ngebombay. apa benar seperti itu? Taxi dan bis metromini? Biaya transportnya jauh beda begitupun kenyamanannya. Belum lagi transitnya, 2x bis. 😟

Mamah selalu memberiku yang terbaik dan mengorbankan dirinya. Aku tau ongkos taxinya untuk bekalku diperjalanan. Bukan semata mamah takut naik taxi sendirian.

Melankolis.. 😭

Sekarang. Aku (masih) LDR-an. Bahkan liburan beberapa semester ini aku tak bisa menemani mamah karena tugas honor ku. Biasanya.. pas mau Ramadhan gini belanja bareng ke Tanabang belanja kodian, buat THR'an.

Oke terlalu jauh flashback nya.

Sekarang aku LDR lagi. Setelah 2 pekan dia menemani pasir waktuku dengan indah. Kini waktunya aku berlelah (menahan rindu).

Mamah berangkat lagi diantar kakak laki2ku sampai pol b*diman. Beraat nih hati. Rasanya ingin membersamai. 😢
Kutebak dari terminal kampung rambutan dia menaiki bis metromini dan kopaja lagi untuk sampai ke tempat tujuan.
***
Pokoknya yang hidupnya masih satu atap dengan orangtua, maksimalkan ya pengabdiannga. Sebab mereka adalah salah satu pintu syurga, kita bisa mengambilnya atau menyianyiakannya.

Yang LDR-an banyakin doa saja. Semoga mereka diberi penjagaan olehNya dimanapun berada. Aamiin. ☺

Adrenaline Junkies

First dailynotes di 2018. Seperti biasa bahasannya nggak akan yang berat berat lah ya, ringan aja kayak camilan.

Setelah melewati fase kritis saya (jantung berdebar, nggak enak makan, cemas berlebih dsb) kemarin yang diakibatkan mengikuti tantangan memicu adrenalin, kemudian pagi *dinihari tadi langsung online buka gmail. Dan sensasinya masih terasa.

Sepertinya masa kritis saya belum berakhir, jantung masih berdebar.

Pagi2 nunggu balasan email dari dosen tentang penilaian di classroom mata kuliah metode baca tulis qur'an. Apalagi dikerjakannya mepeeet di deadline. Ditambah kemaren tiba2 video yang udah dibikin hilang plus app classroomnya juga. Alhasil kudu bikin video dan instal ulang app. Lengkaaap sudah.. alhamdulillaah

Yaaa ngerjain tugas deadline! Pas banget tenggang waktu ituuu.. sama persis rasanya saat naik roller coaster. Memicu adrenalin atau bahasa kerennya adrenaline junkies.

Padahal sering kayak gini tapi tetep aja nggak jadi pelajaran. Hahaha

And than..

Yeaaay.. nilai sudah muncul. Kegalauan selama ini telah hilang. Ngerjain tugas pas detik deadline dan nnggu nilai dari dosen gejalanya mirip naik roller coaster kan? Dagdigdugderrr. Kayak udah pernah naik aja.. Wkwk gayanya. Padahal baru pernah naik korakora digunung kapur. Hahaha bukan takut ketinggian cuma emang udah tinggi aja dan sayang diri. Kan nggak lucu. Naek kora2 aja udah pening dan mual2. 😂😂

Oke fokeus.

Jadi emang udah jadi badhabits saya. Ngerjain tugas itu mepet2 diakhir. Jangan ditiru. Ada baiknya dikerjakan segera, sebab menunda pekerjaan samadengan menabung masalah. Ya memang seperti itu. Dan yang sering kejadian nih, misalkan kita nargetin satu hari sebelum dikumpulkan tugas baru dikerjakan, ehh ternyata hari itu ada pekerjaan lain dateng tiba-tiba dan nggak bisa ditunda.

Sudah lah ya inipun saya dikejar deadline tugas takehome.

Semoga ada dan diambil manfaatnya, bukan males dan badhabbitsnya saya.

8/01/2018