Total Tayangan Halaman

Minggu, 23 Desember 2018

Jadilah Ia


Saya begitu takjub,
pada dia yang sebenarnya luka.
Tapi tak menjelaskan oleh siapa.
Saya begitu terpesona,
pada hati yang sebenarnya kecewa.
Tapi menahan diri untuk tak bercerita.

Dia sangat tau,
mengkisahkan pada dunia tentang apa yang dirasa,
hanya akan membuatnya semakin tak rela.
Hanya akan membuat yang menyakitinya
semakin tak merasa,
dan hilang nama baiknya.

Dia tau itu semua.
Dan yang dia bisa lakukan
hanya berdoa.
Berdoa Rabb pemilik kehidupan.

Untuk menyentuh hati
Siapapun yang pernah menyakiti.
Agar sadar.
Apa yang dilakukan itu tak benar.

Sebelum apa yang dilakukan
Pada orang lain
Dia rasakan dari yang lain.
Entah itu Luka, kecewa dan semisalnya.

Jika bisa, dan pasti bisa.
Jadilah Ia. 


25/10

Sengatan Lebah, mulia atau luar biasa?


Jadi minggu lalu, saya melihat 2 ekor lebah yang satu tiba-tiba nempel gitu aja di papan setrikaan, satunya lagi di lantai wc. Bingung kan, ini lebah kenapa, kan biasanya gerombolan sama yang lain. Setelah beberapa hari diabaikan gitu aja, dan cuma ditengok pas mau mandi doang. Jadi fix ini lebah udah mati. Tiba-tiba aja keinget satu cerita, bahwa katanya kalo lebah udah nyengat itu biasanya langsung mati. Oh ya? Yaa!
Mulia, apa luar biasa?
Sebab lebah biasanya tak akan menyerang kecuali ada musuh dan ancaman yang mengganggu dia.

Alih-alih dia puas karena sudah membunuh musuh, tapi dia justru mati perlahan setelah memberi pelajaran.
8.

Mungkin dia tak tahan melihat orang lain kesakitan karenanya, jadi dia pilih mati saja. Apa daya siapa yang duluan mengganggunya.

Untung saya manusia, yang kebetulan suka lebah aja. Nggak bakal nyengat kalo emang bener-bener nggak diganggu. Dan nggak tiba-tiba hilang nyawa gitu aja mungkin setelah nyengat orang, seminimalnya mudah-mudah Allaah ngasih saya waktu buat tobat karena sudah nyakitin perasaan orang.

Tapi please jangan minta disengat. Karena ini membahayakan hidup saya daripada korban yang saya sengat sebenarnya.

Sebab ada yang menggunakan sengat lebah sebagai pengobatan bukan?

Sebab saya, tak pernah tega lihat orang yang kesakitan atau luka perasaan, karena saya tentunya. Sungguh, empati yang penuh.
Sebab sederhananya, saya tak ingin tersakiti seperti tersakitinya orang lain karena saya. Ya, walaupun ada masa, tanpa kita menyakitipun, rasa sakit akan datang jika memang itu yang ditakdirkan.

Jadi ini mulia atau luar biasa?
Keduanya!
Lebah adalah salah satu hewan yang namanya diabadikan dalam satu surat An-Nahl. Sebab itu, carilah alasan mengapa hewan tersebut diabadikan namanya dalam al-Qur'an. Seistimewa itukah dia?

17/9

Ujian Penguji Keimanan


Mengudaralah tanpa menenggelamkan. Bahagialah tanpa menyakiti perasaan (orang lain).

Menyakiti, Kadang ini yang tak tersadari diri, memaksa orang lain berusaha menyabari (tingkah kita).

Tapi kita memang tak bisa membahagiakan banyak orang. Namun bisa berusaha tak menyakiti walau seorang. Jikapun ada, semisal karenamu dia terluka, jawabannya, kau menjadi ujian baginya.
Sebab jika bukan dia yang mengujimu, kau yang akan jadi pengujinya, itulah hidup. Tenanglah sejauh ini Dia tetap pemegang skenario ujiannya. Ujian itu Cinta. Ujian itu kuatkan kita.

Ya, ujian itu cinta, sebab bagaimana Allaah tau kesungguhan imanmu jika Dia tak mengujimu?
Ya, ujian itu kuatkan kita, bagaimana tidak, adanya ia bagai beban yang harus diterima.

Ya, semua tau Dia takkan memberi beban diluar kemampuan (setiap hamba).
Dan lagi, beban dan ujian setiap orang akan berbeda. Tergantung apa yg kurang/ingin ditingkatkan dari personality (hamba)Nya. Jika kurang sabar, akan diberi uji kesabaran.
Indah bukan?

Mungkin diri kurang sabar. Mungkin diri tak sadar, diri pernah terlalu kasar. Mungkin mungkin dan mungkin.
Untuk itu dihadirkanlah ujian-ujian yang tak jarang Allaah menjadikan orang lain sebagai "alat"/instrumen pengujinya.

Jika (merasa) diuji berterimakasihlah, sebab ini yang membuatmu mendewasa. Jika (sadar) telah menguji, meminta maaflah sebab mungkin telah mengukir luka.
Apa dan bagaimanapun ini adalah SkenarioNya.
Dengan lisan mudah mengucap maaf dan terimaksih, semoga hati menjadi bersih.
***

Tetapi ada juga. Selain untuk meningkatkan kualitas hamba, ujian pun menjadi tolak ukur dan legalitas seseorang untuk menyandang satu gelar kehormatan. Dia diuji bukan lagi sekedar untuk meningkatkan kualitas diri, tapi legalitas untuk menyandang gelar ke-imanan.

Seperti ujian yang diberikan pada hamba-hamba pilihan. Yang akan menyandang gelar kenabian. Atau pada hamba pilihan, dari hamba-hamba yang beriman (lainnya). Kaukah mungkin salah satunya?

***
[17/9 1:26 PM]
Sebagaimana Nabi Ibrahim mencintai kebenaran, dia telah diuji;

1. cinta kebenarannya

berkaitan dengan keyakinan beliau pada kebenaran firmanNya.
2. kebenaran cintanya
berkaitan dengan kecintaan pada anaknya, Ismail, yang mana kecintaan ini adalah cinta yang didasari kebenaran, cinta karena Allaah semata.

Dan ketika firman Allaah (untuk menyembelih Ismail) turun, kemudian seketika itu Ibrahim taat sebab kecintaannya pada kebenaran. Maka saat itupula dia lulus dari ujian tersebut. Lalu apa balasannya?
*Ismail dan Allaah tetap bersamanya.*

Atau manakala Rasulullah diberi gelar al-amin sebab kejujurannya.
Kemudian beliau diuji saat diberi wahyu.
Dan untuk menyampaikan wahyu pada kaumnya, dusta, pembawa berita bohong, bahkan tukang sihir jadi tuduhan baginya.

Tapi lagi-lagi ini ujian, untuk orang pilihan dan khusus (untuk Nabi Muhammad sallallaahu 'alaihi wasallam) yang diamanahi menjadi nabi. Kejujuran Rasulullaah dipertaruhkan, namun kian lama waktu kian membuktikan. Ujian ini (sebutan dusta, pembawa kabar bohong dsb) salah satu cara mencapai "legalitas" kenabian dan ketika berhasil melewati ujian, inilah bukti kejujurannya selama ini.

Atau Maryam dengan kesucian dirinya, dia dianugerahi lahirnya Isa tanpa 'bapak', padahal Maryam adalah wanita terjaga. Maryam juga bukam seorang pezina.

"Apa yang diperjuangkan, dicintakan, dijunjungkan, tak jarang menjadi sebuah ujian untuk orang-orang beriman, seperti Ibrahim dan Maryam."

Tapi sekali lagi,
Maka apa balasannya?
Ismail dan Allaah bersama Ibrahim.
Maryam dan Isa tetap mulia.
_Happy ending, happy understanding._ 😊

***
Yaa Mujiib..
Yaa Afuww..
Mungkin saja diri pernah menjadi ujian untuk beberapa orang. Bahkan menimbulkan luka yang sulit disembuhkan.
Mungkin saja diri tak pernah tau, maka Allaah, tolong sampaikan maafku pada mereka, semoga karena ujian (oleh)ku ini, dia lebih bahagia dan punya keimanan kuat dari sebelumnya.

Wallaahu 'alam.

My Trip My Tafakur: Sun-day in Jogja Bay


Ekhm.. Ini bukan akun review apalagi promo. Ini curhat basa-basi yang semoga bermanfaat dan menginspirasi. (Manfaat dan inspirasi apanya ya?) maka dari itu orang-orang yang cari informasi  serius tentang objek wisata Jogja Bay mending jangan mampir ke tulisan ini (kecuali orang yang serius sama penulisnya, hahaha) Sebab ini hanya remahan butir kuaci Hamtaro.

Jadi Sabtu malam tepat pukul 7.30 start saya berangkat dari rumah, tentu tak salah lagi tujuannya kemana, Jogjakarta. Tak seperti pelesir-pelesir sebelumnya, kali ini bus kapasitas 60 orang yang kami sewa lebih longgar, yaa saya juga tak tahu kenapa Ibu-ibu guru lain banyak tidak ikut, bahkan ada yang cancel gitu aja. Tapi bagi saya ini kesempatan. Wkwkwk egp kepala suku bilang ini acara menghabiskan duik.

Minggu Sekitar pukul 2.00 dini hari kami di tempat istirahat Candimas. Pegel banget pinggang, sakit sebadan-badan, jalannya jelek apa gimana sih perasaan nggak tenang banget tidur. Kayaknya sih supirnya juga kurang "lembut" pegang stir, ugal-ugalan, ngebut. Istirahat yang kedua entah dimana, yang pasti setelah sholat subuh perjalanan dilanjutkan lagi, (lagi?) beneran. Total 12 jam perjalanan, apakabar tulang ekor.

Nah pas matahari mau muncul, bakda sholat subuh ganti mengganti baju, poles memoles pun dimulai. Saya cuma nyengir kuda, dan menggenapkan sistem pencernaan saja. Terang dikit nopeng, wanita. Padahal nggak pada mandi, karena nanti juga mau ke kolam renang.  Wkwk.  Ini mah demi kepentingan selfi ditempat terang. Lagi-lagi demi eksistensi diri. Dan saya cukup mencuci wajah dan gosok gigi saja. Perjalanan dilanjutkan... Dan ternyata,  ini mah kayak ke Icakan, sama-sama lewat perkampungan, sawah, jalan sepi. Sisanya saya lebih ingin tidur lagi, dan memang sepanjang jalan kemarin nggak fokus, ketahuan jago, tidurnya.

Sesampainya di tempat  parkir wisata, rekan-rekan saya yang sudah dandan dan berganti baju tadi subuh dengan pakaian cantik, lagi-lagi ganti baju lagi, stelan berenang. Rempong bener dah.
Karena suasananya sama dengan kampung kita, bahkan ada rekan kami yang bilang ini kayak di Bojongsari, kampung ter tinggi di desa saya. Percuma katanya jauh-jauh, 12 jam hanya mendatangi tempat seperti ini. Kami tertawa, lelucon apakah ini, ini Jogjakarta. Salah satu guru menambahkan, dia terpaksa berfoto dekat bunga-bunga  liar demi memberi kabar pada keluarganya kalo dia sudah sampai (biar apa?, biar disangka berada diantara semak gunung merapi mungkin), padahal masih terlantar. Begitulah keseruan kami, menertawakan diri, karena 1 jam harus nunggu diparkiran wisata Jogja Bay, kepagian. 1 jam gogoleran disebuah saung-saung bambu, (sepertinya tempat para supir istirahat).

Karena keadaan yang tidak memungkinkan, saya memutuskan untuk tidak membawa baju ganti dan meninggalkannya dibus, kata orang rugi jauh-jauh kesini tapi nggak berenang, perduli apa. Padahal degdegan juga gimana nantinya kalo saya ngiler pengen berenang. Kupasrahkan inginku padaNya.

Setelah yakin tempatnya sudah buka, kami pergi ke sebuah halte didepan tempat parkir. Tak lama datang kereta perahu, iyaa perahu yang sambung 3 rangkai kayak kereta.  Cusss.. Pukul 8 lewat, sampailah kami di depan pintu gerbang kemerdekaan. Dan berhasil sang kamera mengabadikan. Moment kemerdekaan dan ASIAN GAMES turut memeriahkan.

Naik-naik tangga dicuaca terik, seperti sudah siang terasa. Dibawah gazebo besar itulah lobi tempat pembelian tiket, pelayanannya bisa dibayar dengan kartu kredit/cash, disana juga tersedia atm mini.  Dan ditengahnya ada security Check, kami dikumpulkan berbaris, sambil nunggu giliran, saya membaca banner dengan bermacam-macam wahana, tiket 350K/orang 1Jt/4 orang. Wow.. Tapi setahun deng. *Penawaran paket, aslinya bayar kurleb 90K/orang. Anak-anak max TB 110cm/usia lebih dari 65 bayar 60K, anak dibawah 2 tahun gratis..

Di security check, kami diperkenankan tidak membawa makanan dariluar. Apa-apaan, kami yang terbiasa nimbel dari rumah, dan kebetulan (saya) belum makan, shock, tak tau aturan ini sebelumnya. Kalo tau yaa kami habisin bekal dan makan dulu lah, udah didepan gerbang gini kan gimana masa mundur lagi, buka bungkus nasi dan lontong terus lomba makan. Impossible.

Ternyata emang udah peraturannya tak boleh bawa makanan dari luar, tidak boleh merokok kecuali diarea yang ditentukan juga.

Sambil melewati lobi tiket dan pemeriksaan barang saya sempatkan untuk meminum madu kemasan yang saya bawa dari rumah, tapi tiba-tiba petugas security check memanggil , what???  Oh ternyata saya belum mengambil nomor pengambilan barang, saya pikir madu kemasan yang saya pegang pun akan dia 'rampas', kalo iya tega bener deh, kan lumayan madunya bisa nambah beberapa energi tambahan karena bekal kami ditahan dilobi.

Sepi, seluas hamparan kolam serasa milik pribadi. Nggak perlu jadi artis buat bisa booking wilayah wisata sesukanya, asal datang pagi kesananya. Hahaha.

Tapi kami sadar kami bukan artis. Lelah, jelas, 12 jam ini memang tidak mudah. Lapar, sekalii, selfi-selfi ternyata tidak dapat mengenyangkan samasekali, tapi sedikit menyenangkan mata para sosialita sebab bisa berpose ria, dalam kedok kelelahan yang menerpa. Beberapa dari kami turun ke air, beberapa yang lain memilih diam. Saya lebih ingin melihat-lihat sekitar, luaaas sekali. Udara panas sekalipun tak membuatku ingin menyentuh air kolam. Lebih suka menikmati pohon, taman bunga, dan rumput hijau disana. Sisanya pusing nyari mushola, tolong dong kasih tanda yang lebih jelas jalan ke mushola, karena mlipir banget. Pakai kubah/menara kecil kek, atau apa gitu.

Ada kelucuan lagi, tak jarang Ibu-ibu yang memilih tidak berenang, tapi ikut mandi doang. Lagi-lagi ganti baju lagi. Iya perut kosong perjalanan jauh, terus mau main air aja gitu di cuaca sepanas ini? Jam 10 pagi persis seperti tengah hari beneraaaan deh. Mau jajan adanya cafe doang. Paling murah di pinggir kolam itu ada sate baso/sosis satu tusuk 6K begitupun dengan rissoles, lontong dan roti bakar, minuman botol teh 15K, padahal harga biasa nggak lebih dari 5rb, apa-apaan. Nggak seberapa buat mereka. Tapi untuk sebagian kita?

Teman saya belum pernah makan Pizza katanya, dasar iklan, iming-iming 15K tapi gambarnya sebunder pizza kayaknya kenyang katanya segitu 15K. Saya bilang harga 15K/potong, tapi masih aja banyak yang ketipu dan setengah percaya. Daripada gue pingsan kelaperan dan kepanasan, berteduhlah di salah satu cafe, satu-satunya tempat adem , dan jadi pemadam kelaparan. Sekalian buktiin harga tuh Pizza, 45K untuk 2 potong pizza dan satu gelas Ice Milo. Kankankan.

Waktu terasa sangaaaat lamban, apalagi saya tak sedikitpun menyentuh air kolam. Nunggu dzuhur nggak tahan. Sebagian dari kami kembali ke perkemahan Bojongsari, eh. Yaa, disana kami bisa bertidur-tidur ria, sebab dikolam hampir tidak ada tempat gratis untuk berteduh, selain jembatan, rumput hijau, wc, mushola, dan beberapa tempat duduk berpayung lebar, itupun kami harus rela bagi-bagi, semakin siang semakin banyak yang datang. Sisanya saung saung teduh tersebut berbayar, itupun sudah banyak yang booking, digembok pula. Seketika saya teringat sebuah sistem kehidupan, tak bisa jalan tanpa uang. Ini miniatur dari sebuah sistem kehidupan kota. Tetiba kami rindu kampung halaman, teduh sejuk dan gratisnya kami memetik buah diladang, eaaak.

Nah jadi ini alamat Jogja Bay - Pirates Adventure Waterpark.
Jalan Utara Stadion, Maguwoharjo, Depok, Jenengan, Maguwoharjo, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281

Dari namanya juga kan sudah kentara, wisata ini bertema bajak laut gitu. Dan ternyata benar, disana ada bangunan menyerupai perahu, kita bisa kedalam perahu ini saat ingin keluar dari wahana tinggal ikutin petunjuk exit aja, didalamnya tersedia banyak cendera mata yang siap dijadikan buah tangan, mulai dari gantungan kunci, dompet, boneka, kaos, dan masih banyak lagi aksesoris dan barang-barang lainnya yang super duper keren dan lucu. Asik deh kalo berangkat bareng keluarga, apalagi kalo nggak kecapean dijalan, soalnya banyak wahana yang bisa dinikmati.Tapi bisa sih nginep di hotel-hitel sekitarnya, asal siap dompet. Wkwk masih penasaran sebenernya, kapan-kapan harus kesana lagi kayaknya.

Lepas dzuhur kami berangkat lagi. Singkat cerita waktu Ashar sampailah kami di real Jogja, Malioboro. Romantic City katanya. Driver Becak motor menyambut kami dengan bahasa medoknya Logat Jawa. 20 ribu diantar sepuasnya. Bentar mas saya masih pening. Hahaha

Kami diantar berkeliling dengan becak motor mencari baju batik khas Jogja, pergi ke pabrik bakpia, nyobain gratis tis tis seepuasnyaa, itupun kalo nggak malu, dan berujung di jalan Malioboro, yang belum ramai pengunjung dan pedagang sebab masih pukul 4.00 sore.
Ah Jogja, hari ini melemparkanku pada kenangan 5 tahun silam. Suatu malam dengan rintik hujan.
"sempatkanlah aku kembali ke kota ini, yaa Allaah." begitu pintaku kala itu, menikmati tetesan air yang merasuk pori-pori. Kota yang indah, Artistik. Dan sore ini aku menginjakkan kaki dikota yang sama yang ku injak 5 tahun lalu, didepan kantor pos indonesia.

Malam setelah Isya kami pulang. Sebelum Subuh kami sudah sampai.

Another story.
Saya sedang kurang sehat saat pergi liburan, kecapean mungkin pas tujuh belasan, hari Jumat arakan ke desa, disambung lomba-lomba disekolah Sabtunya, dan berangkat malam minggunya. alhasil pulang-pulang tepar sampai semingg u lebih dan harus bedrest. Indahnyaa.. Alhamdulillaah..

Perjalanan kali ini bener-bener bertafakur. Panasnya cuaca di Jogja Bay, benar-benar membuatku tak berdaya, eeaa lebay. Serius, kudu bawa payung kalo nggak topi lebar. Serasa di padang arafah, tapi ini piknik, dan mungkin kurang berfaedah. udah panas belum makan, sakit tenggorokan, makanan pada mahal. Kalo jajan, oleh-oleh pasti nggak kebeli. Duhduh malangnya diri ini. Tapi daripada kenapa-napa akhirnya beli Pizza, nggak doyan sih tapi gimana lagi, laper.

Sepanjang jalan saya bawa-bawa saputangan basah, konyol, tapi masuk akal. Ngelap-ngelap wajah biar glowing (padahal ngompres, deeng). Kalo nemu WC pasti cuci muka dan basuh kaki. Kan saya mulai demam ceritanyaa.. Apalagi di Malioboro, boro-boro berhasrat beli ini itu, yang ada kaki pegellinu, saking panasnya. Nyeraah nyeraah, yang lain lagi belanja murah, saya jajan pecel sajalah. Sore itu, makan pinggir jalan romantis ya kalo sama gandengan, ehh pasangan. Seriusan kalo kesana lagi beli pecel seporsi aja bisa berdua saking banyaknya. Tapi kali itu gue mah abis aja deng saking lapernya. Hahaha

Jadi ceritanya abis dari toillet, posisinya di pos penjagaan depan Taman Pintar, eh itu toilet nggak bisa dipake BAB, kirain petugasnya becanda ya, masa nggak bisa dipake buat BAB, eh ternyata iya, air di klosetnya nggak bisa ngalir, menggenang aja gitu, lamaaa surutnya. Untung saya patuh aturan, dan untung temen saya nurut dibilangin gitu, tadinya dia maksa-maksa ingin... Wkwk nah darisanalah kita pisah nyari WC lain. Kocaknya lagi, saya baru tau, depan taman pintar itu nggak ada lampu merah (adanya lampu orange aja kali ya). Boromah nungguin lama madepin zebracross sambil ngobrol sama abang becak motor, kirain ada lampu merahnya. Tepuk jidat. Pantesan orang-orang nyebrang nggak pake aturan. Nggak apa-apa yang penting patuh, nyebrang di jalurnya. Wkwk

Abis nyebrang, lupa letak parkiran, aduh rann.. Maaf emang akhir-akhir ini nggak fokus, kan lagi demam, eheheh. Alhasil keliling-keliling cari mobil bus DNS. Nyempil-nyempil  diantara bus-bus besar, ngeri juga, apalagi mesinnya pada nyala. Takut tiba-tiba bus-busnya maju, dan saya yang segede upil ini nggak kelihatan perwujudannya.

Lelaah, saya pasrah, balik lagi ke trotoar jalan nunggu temen disana. Sambil ngobrol dan nanya ke petugas keamanan lalu lintas dimana lagi letak parkiran bus. Lagi khusuk dengerin logat medok petugas lalu lintas, eh temen saya nongol dari belakang. Hahaha tega aku kau tinggalkan. Kemudian saya pamit, saya tak ingin lama-lama dengan petugasnya, dia masih muda, takut saya, takut sama cakepnya.

Dimobil saat perjalanan pulang deman saya semakin menjadi, pegal kakinya juga, untung bawa h*tin cream. Duh abis karokean guru-guru malah bahas orang yang meninggal diperjalanan lagi. Iya warga kampung saya ada yang meninggal saat perjalanan ke Jakarta, dan ternyata salah satu guru itu ditakdirkan satu bus dengan warga kampung saya yang meninggal itu, dan jadi saksi bagaimana kronologi kejadian waktu itu, duhh yaa Allaah, alhamdulillaah saya selamat sampai pulang. Sempet mikir macem-macem dijalan.

Tafakur lagi, saya tau arti perjalanan, dan perjuangan.
Kami nyampe jam 4 pagi kurang lebih, sebelum waktu subuh. Nelpon nggak pada diangkat sama orang rumah. Udahdeh kami jalan kaki dari Ancol. Jauhnya kira-kira 2km. Kalo Cuma dibayang-bayangin ya jauhlah, tapi kalo ditempuh rasanya nggak jauh. Dulupas sekolah jalan kaki lebih dari ini.
Jangan kalah sama yang tua! Nyemangatin diri. Dan akhirnya tepar 10 hari.


Monday, 20 August 2018

Jumat, 31 Agustus 2018

Terimakasih Guru

Malam ini dapat nasihat makjleb.

"Jika belajar dari buku, harus diklarifikasi pada orang yang lebih faham, takutnya bersumber dari oknum yang menyimpang. Apalagi belajar dari internet, google." Hmm..

Berbeda dari sumber internet, dulu saya menelan bulat apapun yang biasanya bersumber dari buku. Karena keabsahan nya bisa teruji klinis. *eh maksudnya, kan buku pasti diterbitkan lewat penyaringan tim audit. Baik segi isi materi dan penulisan. Jika lulus penyaringan dipenerbit, pasti aman "dikonsumsi".

Dulu saya menganggap setiap buku pasti berbobot, karena yang namanya nulis itu perlu berpikir, tak seperti bicara yang kadang ngalir kemana aja.
Garis besarnya. Tulisan nggak mungkin "kosong", tapi yang namanya bicara ada istilah "omong kosong".

Tapi yaa itu dulu..
Salah satu nampar bikin sadarnya adalah, pertama, dulu di salah satu perpustakaan saya meminjam buku fiksi berjudul Mr.Darcy saya masih ingat judulnya tapi tidak dengan isinya, yang pasti alur dan isinya vulgar sekali apalagi dikonsumsi anak sekolahan seperti saya yang masih remaja esema lugu, polos polesan dan alay.

Kedua, pernah pula 'makan' buku yang berbau aliran tertentu, yang katanya aliran itu menyimpang dari ajaran Islam. Itupun setelah disadarkan oleh kepala suku. Ya jika dia nggak kepo-kepo sama buku dan materi yang sedang saya baca, mungkin sampai saat ini masih slebor milih camilan, *eh buku.

Sejak saat itulah kalo beli atau pinjam buku yaa semakin jeli, siapa penulisnya dan bagaimana track recordnya. Begitu begitu deh. Apalagi sekarang, banyak toko2 buku online yang murmer.. pernah pengen borong beberapa buku tentang wanita-wanita dalam Islam seperti Aisyah, Ashiya, Fatimah, Khadijah yang setiap bukunya ditarip nggak lebih dari 40K loh, padahal tebal pula isinya. But setelah d check writernya, Syi*h. You know lah yaa.. bukan apa2, apalah saya yang masih awam begini, hati-hati pasti perlu, karena bukupun bisa menjadi guru.

Walaupun esensi sejarahnya ada dan sama. Tapi kalo kita belum tau yang sesungguhnya dari ajaran kita, terus baca2 versi dia, kan gimana. Ibaratnya anak TK baca koran berita penculikan, dikoran foto penculiknya pake baju hitam-hitam. Pas ketemu orang asing pake baju hitam-hitam malah lari ketakutan. Wkwk naah itulah kalo misalkan anak belum tau nggak semua yang pake baju hitam itu penculik.

Ah, intinya terimakasih, para guru kehidupan. 


Beedailynotes17Juli

Sama-sama tapi Berbeda

Dulu saya percaya bahwa setiap orang itu sama, asalkan satu bakal, satu bibit, akan sama persis tumbuh dan rasanya, seperti 2 buah apel dari satu pohon.

Sekarang, saya percaya, tidak menjamin seperti itu adanya. Walau satu bibit, satu pohon, 2 buah apel akan berbeda takdirnya.

Jika..
Yang pertama jatuh sebelum waktunya yang satu dipanen.
Yang satu terkena hama yang satu tidak.
Yang satu dipetik pencuri yang satu oleh pemiliknya.
Yang satu terbentuk sempurna yang satu cacat bentuknya.

Yaa begitulah.

Semua itu relatif, takdir yang mutlak. Begitupun dengan takdir manusia. Siapa yang tau..

Lalu bagaimana Adam dengan cerita kedua anaknya, Habil dan Qabil.
Padahal mereka dari rahim yang sama pula. Sungguh, itu awal kehidupan yang mengajarkan banyak hal pada kita.

Apalagi zaman sekarang; keluarga rela bercerai berai hanya karena hal tak guna, fana.

Sebab dewasa kini, banyak diri yang tercurangi saudaranya, mencuri hak saudaranya, menuduh saudaranya. Apalagi oleh orang lain?

Maka apa guna beragama? Ditambah pula dengan beragamnya kita. Siapa yang bisa menyatukannya, selain agama?

Karena agama, karena Islam, dipenjuru lain dunia saudaranya sedang sakit, yang lain ikut merasa, bagaikan satu tubuh. Sebab dalam Islam semua muslim bersaudara, tanpa mengenal batas jarak waktu dan tempat, pun dengan adat.

Ukhwah yang terjalin karena agama, dapat menggerakkan lautan umat manusia, gelombang yang maha. Siapa yang tak takut dan takjub, kecuali musuh nyata.

Itulah sekeren-kerennya ikatan.
Yaitu seberapa jelas tujuannya, asal dan kembalinya; Allaah.
Sebab agama, seberbeda apapun karakteristik mereka, selagi memahami tujuan, asal dan kembalinya satu, akan mewujud keserasian yang abadi. Keberkumpulan yang didamba bersama; syurga. Sebab Allaah semata sebagai hulu dan hilirnya. 

Beedailynotes22Juni

Allaah, Guide Me

Yaa Allaah
Ini tentangku.

Yang selalu memaksa
meminta kasih dan sayangMu.
Sebab jika bukan dariMu,
siapa yang bisa kutunggu.

Yaa Allaah
Ini tentangku.
Dengan dunia dan kefanaannya
Yang telah kurenungi.
Dengan manusia dan harapannya
Yang telah kujiwai.

Tak ada ketenangan jika tanpamu..

Yaa Allaah
Ini tentangku.
Menyaksikan banyak insan
Yang Kau beri hidayah keimanan.
Padahal awalnya?
Mereka pendosa dg berjuta kemaksiatan.

Yaa Allaah
Ini tentangku.
Menyaksikan banyak insan
Yang Kau cabut keimanan.
Padahal awalnya?
Mereka penghamba dg berjuta ketaatan.

Yaa Muqallibal quluub..
Lalu bagaiamana denganku?
Yaa Allaah..
Tetapkanlah segala kenikmatan iman bagiku dan jangan kau ambil..

Jangan perkenankan air mataku menetes, selain karena merinduiMu..
Dan menyesali kesalahanku..

Jangan perkenankan hatiku tergetar
Selain menyebut Asmamu..
Sebab siapa pantas memenuhinya selain yang mencipta.

Yaa Allaah
Kau begitu dekat
Kematian begitu erat

Yaa Allaah
Ambilah nyawaku
saat aku benar-benar mencintaimu.
Saat kalbu terpenuhi cahayamu.
Saat aku telah teridhai olehMu.
Sehingga bisa Kembali
dengan keadaan sebaik-baik iman,
Dan setinggi-tingginya ketaatan.

Yaa Allaah
Ini tentangku.
Dengan segala kerendahan hati
Meminta petunjuk untuk diri.
Tunjukkan..
Tuntun aku..
Tuntun aku..
Lalu Iringi dan Ridhai langkahku..
Yaa Rasyiid Yaa Mujiib..

Beedailynotes31Mei

Kehilangan

Huaaaahh. Ekspresi luapan sampah emosi kali ini.

Sabar sabar.. siapa sih yang nggak pernah kehilangan? semua pasti pernah ngalamin yakan.. entah itu kehilangan sendal jepit, uang, buku, masa kecil, ingatan, orang terkasih, ceiileeeh...

Saya pernah menyaksikan teman saya marah marah nangis segala macem pokoknya, ko ada yang kehilangan isi memori handphone sampai sefrustasi itu.
Fikir saya.
Suatu hari pada akhirnya saya pun mengalami hal serupa dan yaa emang nyesek sih, maklum dulu kartu memori anak alay tuh isinya penuh kenangan, namanya juga memori. 😁😁 lagu foto2 temen qoutes kayak gitu adalah hal yang berkesan. Apalagi kalo foto itu nggak di upload, karena belum punya sosmed. Udah hilang nggak bisa dicari dan diulang lagi tuh kenangan.

Puncaknya saya pernah juga kehilangan file foto 'terakhir' saya dengan kedua orang tua sebelum bapak pergi selamanya. Ya waktu itu notebook saya dipinjam dan entah kenapa jadi hilang semua file fotonya. Duh mbaaakk... 😭😭

Kita tidak pernah membiarkan seseorang benar-benar pergi jika kita membiarkannya tersimpan dalam hati.

Begitulah penguatnya.
Tapi tidak cukup disimpan dihati sih lebih baik disimpan dalam doa, karena kita orang yang beriman maka harus mengimani adanya hari akhir dan kehidupan setelah kematian. Dan kesemogaan untuk dipertemukan lagi adalah motivasi yang sangat membahagiakan. Apalah artinya sebuah foto, batinku.

Seseorang akan dikumpulkan dengan orang yang dicintainya.

Semoga.

Kehilangan sejatinya sebuah kepastian. 

Mereka yang setiap harinya jalan bareng, makan bareng, ke kampus bareng, kemana2 bareng juga suatu saat akan dipertemukan dengan perpisahan, kehilangan. Ituuu tuh mereka... iya jasad sama ruh. Jasad bisa kehilangan ruh padahal mereka adalah sesuatu yang paling lengket kemana2 berdua.

Apa yang membuat kita merasa kehilangan, padahal semua ini hanya titipan. Bahkan nyawa pun adalah ruh yang dititipkan pada jasad!

Apalagi harta
Apalagi tahta
Apalagi si eta

Yakin nggak akan berpisah?
Yakin nggak akan hilang?

Jadi apa yang harus kita lakukan saat kehilangan?

Pertama: Sadar. Bahwa semua hanya titipan dari Allaah, jadi Dia berhak membawanya kapan saja. Kita lahir kedunia tak membawa apapun yang melekat dalam badan begitupun saat mati tak ada benda lain yang dibawa selain amal dan kain yang membungkus badan.

Kedua: Ikhlas. Seikhlas-ikhlasnya, lepas selepas-lepasnya. Caranya? Mirip-mirip usaha untuk move on. Tapi bukan dengan melupakan. Hanya perlu lebih mendekat pada Allaah. Yes, sesimple itu.

Ketiga: Yakin. Dengan kehilangan kita akan mendapat ganti yang lebih baik. Misalkan handphone hilang, sabar rela, pasti ada gantinya. Yang lebih baik pula.

Ini kehilangan apa sih sebenarnya yang sedang dibahas?
Kan sudah dijelaskan diawal; kehilangan sendal jepit, uang, buku, masa kecil, ingatan, memory card, kenangan, orang terkasih. Yaa gitu-gitu deh. Sadar, Ikhlas, Yakin!

Beedailynotes06Januari

Minggu, 08 Juli 2018

Pemilu Perdana: Ng-observer

Cerita lama yang tersimpan rapih baru sempat diterbitkan, wkwk..

Pagi pukul 06.30 saya sudah berangkat ke tempat pemungutan suara, TPS 001. Ini kali pertama sepanjang sejarah karir perpemilihan saya, beneran.. sebab paling mentok adalah ikut pemilihan ketua BEM di kampus. 😆
Sedangkan 5 tahun lalu saya masih terlena dengan dunia hahahahihihi KTP pun baru punya 3 tahun terakhir ini, jadi samasekali nggak perduli urusan begini. Bukan contoh Warga Negara yang baik, jangan ditiru. 😑

Nah jadi hari ini adalah moment yang ditunggu, setelah segala persiapan dan bimtek dilakukan, inilah hari yang sangat mendebarkan. Secara ini pemilu Perdana saya. Karena jadi anggota KPPS dari awal sudah berniat menempatkan diri sebagai Observer juga (pengamat).

Dari beberapa hari sebelumnya, saya selalu bertanya pada ketua kpps, bagaimana, apa saja, apa lagi dll.. jujur blank banget, sampai2 saya ingin diadakan simulasi alur pemungutan suara. Namun apalah daya mungkin hanya saya yang penasaran, yang lain berpengalaman. 😆

Karena saya mempunyai tinggi badan yang lebih dari anggota lain, saya ditempatkan di kpps 6: penjaga kotak suara. Biar nggak keliru katanya, tapi tetep aja, segini juga harus jinjit2 pas kerja, karena ternyata kotak suaranya tinggi juga padahal ditaruh dikursi, kalo dimeja kepala aja yang keliatan, kayak di iklan ramay*n*. 😁

Moment lucu hari itu adalah, ketika muncul pertanyaan2:

Leres teu kieu Neng? (Benar nggak seperti ini?)
Setelah dari bilik suara Ibu-ibu datang dengan menyodorkan 2 kertas pemilihan, dan bertanya "betul apa tidak?"

Lah dalam hati saya bingung, emangnya ini ujian. Saya jawab saja:

Teu langkung ibu, Atos dicoblos, dina nomorna/gambarna?

Atos

Dua nana?

Nembe hiji. Da bilih lepat.


Oh sok atuh uih deui ka bilik suara coblos kertas nu hiji deuina. Dina gambarna.
Belum lagi pertanyaan-pertanyaan lain.

Nanti di Ceklis apa coblos?

Ko ieu mah 2 suratnya?


(Mungkin dia belum bangun, jadi nggak sadar mau nyoblos gubernur dan bupati sekaligus).

Belum lagi tingkah beberapa DPT yang menggemaskan, seperti meniup kertas suara setelah dicoblos bak mbah mbah paranorm, ada juga yang mem-bismillaah-i kertas dengan suara nyaring bahkan ada yang paku coblosnya sengaja 'ngawahan' saat akan nyoblos dan menimbulkan bunyi nyaring juga pada kertasnya saat dicoblos.

Nggak aneh lagi kalo jari kelilingking nyelup 3 ruas mah, itu hiburan kami wkwk.. atau ada juga yang justru nyelupin 3 jari..

Yang paling kocak, temen sd saya, manggil nama saya dengan sedikit berteriak dari bilik suara 1.

Neng, kumaha, dimana nyoblosnya.

Saya yang posisinya di ujung bilik suara 4, tepuk jidat.

Ternyataa..
Timbul pertanyaan saya, cocokkah pemilu di Indonesia?
Sebenarnya saya sedikit memaklum, karena saya ngaku, hidup dikampung.
Dari pertama saya menyerahkan kertas C6-kwk / pemberitahuan pemilu, para DPT ditanyai siapa saja calonnya, mereka kebanyakan tak tau. Atau hanya tau calon yang membagikan sembako dan broach saja. Uppss..

Tau gitu bawa brosur paslon yah.

Pemilu dimulai pukul 7.30 dan yaa jangan tanya bagaimana, intinya pegel kaki dan pinggang. Senyum ramah nyampe dzuhur. Udah kayak pramugari kata Pak Lurah mah bhahaha.. itu cita-cita terselubung. 😁

Saya kira, ashar juga beres nih pemilu, nyatanyaa.. ngitung suaranya yang lama. Sabar banget ngulang 466x2 kali kata SAH, belum lagi karena sedikit kekeliruan TPS kami melakukan perhitungan suara kembali..
Belum lagi pengisian hasil pemilu ke berkas untuk kkps, pps, ppk, kpu udah kayak nyamain kunci jawaban sama punyanya saksi-saksi dan pengawas. Kocak daah buibu dan pakbapak..
Ketawa sedih akhirnya selesai pukul 8.00 malam lebih, beneran dah saya mah udah sampai mual-mual, saking lieurnya ngitung, nandatangan, nyampulin berkas dll.. Pas pulang ada aplikasi sitagis yang harus diisi pula, untung bukan sama gua. Wkwk

Ada banyaaak banget evalusinya. Terutama buat orang yang otb kek saya. 😂 Kerjasama tim, Peran maksimal masing2 bagian, Komunikasi, Sistematika, Solidaritas dan masih banyak lagi. Nanti sajalah kalo saya ingin saya bagikan hasil breafing pak kepala suku selaku panwas. 😆

Done!

Remahan Frasa

Saya merasa..
dan memfrasa..

Dunya.. sudah begini adanya.
Tau sendiri bagaimana..
Yang memimpin..
kadang mereka belum layak,
mungkin, dan semoga yg layak semakin banyak.

Tersebab apa?
Yang mampu.. yang bisa.. yang tau..
Mundur satu langkah kebelakang..
Merasa tak pantas.
Maka dengan sendirinya,
Yang lain berada digarda depan.
Padahal apalah yang dibanggakan.

Lalu saat kehancuran, ketimpangan, keguncangan, dan ketidakberesannya keadaan datang.
siapa yang patut diminta pertanggung jawaban?
Ayolah jangan saling menyalahkan.

Lalulalu?
Waktu berlalu..
Sadar semakin hari semakin tak menentu.

Syariat? Aturan?
Menjadi kerancuan yang terus diperbincangkan.
Pun selayak perlakuan, sama, belum sebaik yang dipahami dan diharapkan.

Lantas lantas?
Orang mencari jejak lawan.
Jauh jauh jauh..
Jauh dalam bagian kehidupan
Lalu saling melempar jatuh.
Pe-ernya, mengklarifikasi setiap tempo berlabuh.

Sampaikan yang benar
Jangan kau sembunyikan.
Arahkan yang salah
Jangan membenarkan.

Yang baik tak tampak dipermukaan.
Tapi alangkah baik, jika mereka ikut memulakan.

Mulai.. mulai.. mulai..
Sebab jika tidak.
Yang salah yang berkehendak
Yang haq mati mendadak.

Siapkah kau berkelas?
Walau kelak ditentang keras?
Disebut tidak waras
Kerena lawan pasti waswas
Sebab ia akan kalah akan tewas..

Sebab dia yang nyata salah.
Dan kau yang Benar
Sebab menyampaikan yang benar.
Ingat! Sampaikan semuanya.
Bukan hanya yang menguntungkan dirimu saja.

Sebab dirimu bukan hanya memakai nurani, tapi Cahaya Rabbi..

****


Apa atulah itu sajak. Curhat lebih tepat. 😂 Yaa intinya gitu dehh, syukur kalo paham. Kalo nggak coba memahamkan..

Kuantitas waktuu duuh..
Menggelindingnya udah kayak kelereng ditaro dipudunan.
Tapii kualitasnyaa??

Banyak inspirasi Alhmdulillaah, terlalu deras kalo semunya dibahasakan. Jadi hanya inti-intinya nya yang dituliskan.

Pemahaman manusia semakin hari semakin meningkat. Saya yakin! Banyak yang mau belajar, dan mendapat kesempatan mencari ilmu lebih besar. Apalagi ilmu Islam.

Tapi alih-alih banyak cendekia, banyak pula yang mengalami 'cedera' saat belajar, dan belum sadar.

Saya sering berargumen dengan partner saya, banyak yang menuntut ilmu saat ini, mahasiswa dari desa pun meningkat. Karena akses mudahnya sekolah, kuliah.

Tapi kuantitas tak sebanding dengan kualitas. Persis kalo ditukang perabotan dapur makin kesini banyak barang tiruan, kw dan abal-abal sebab banyak permintaan. Iya sih dulu gelas, piring plastik pada kuat-kuat sekarang tipisss.... kenapa yaaa..

Ya kalo mikir dangkal sih gini, barang itu terbuat dr bahan yang langka apalagi tidak dapat diperbaharui.
Sedangkan permintaan semakin banyak, maka akan terjadi oplos mengoplos, tiru meniru.. kayak emas gituuu.. jadi jelas kualitas semakin tak pantas. 

Serba-serbi Hijab

Saya hanya menuangkan apa yang saya alami dan rasakan, maaf mungkin suatu saat saya pun bisa berpendapat lain tentang hal ini, atau hal lain yang pernah saya tulis disini. Sebab namanya juga manusia, yaa selama dia hidup dia akan terus belajar. Dan jika suatu saat saya justru berpendapat lain dari apa yang pernah saya tulis sebelumnya, doakan saja, semoga arah belajarnya pada yang benar.

Hijab Lebar-an

Hari Raya kemarin, saya tidak beli baju bedug, baju lebar-an, baju ied dan yaa whatever apapun namanya. Saya menantang hal ini pada diri sendiri. Ada apa dengan baju baru? Memangnya lebaran nggak akan jadi gitu kalo kita nggak beli baju baru?
Dan puncaknya adalah pertanyaan, bisakah saya tak membeli baju baru?

Saat Ramadhan saya didatangi seorang rekan sejawat, menanyakan "uang santai", pasca THR kami dibagikan. Dan tentu masih utuh saya bilang. Dan singkat cerita, karena rekan saya lebih membutuhkan uang tersebut, THR saya berpindah tangan. Oke, saya meresai empati, ibu rumah tangga, anaknya belum beli baju bedug. Bagaimanalah yang dia rasa.. sebab seusia anaknya itu saya pun selalu antusias menyambut sukacita hari raya, bukan ketupat opor dan sebagainya, tapi karena baju barunya, saya pernah bahkan sampai 5 pasang pakaian waktu itu, ditambah sepatu, tas, bandana, dan segala perintilannya, serba baru.. siasia.

Karena asbab kejadian itulah saya benar2 terbukakan jalan untuk mendaki tantangan saya.

Sekuat tenaga menahan!

Mama saya tranfer, THR kata dia, untuk anak dan cucunya. Dan Beberapa kali dia menanyakan, udah diambil uangnya? Udah beli? Gimana... daaan.... blablabla..

Saya benar2 tak berkeinginan. Bahkan, di akhir Ramadhan, baru kali ini saya benar2 merasa akan kehilangan. Semakin mendekati hari raya semua tetangga bergantian pergi berbelanja. Bahkan ada yang sampai 3 kali mondarmandir swalayan. Mengherankan. Berpanas dan berlelah2 saat puasa hanya untuk baju semata..?
Swa sosial media pun, bertebaran, bermacet dan bersesak dijalan, dipusat berbelanjaan.

Tapi begitulah fakta.

But, Sweet Moment is..
Saya berhasil melewati tantangan saya.

Lupakan cerita ini. Sebab akan ada cerita lain yang berbeda alur dan latar yang akan di sharing lagi.

Suatu saat saya pergi untuk membeli kain seragam PC IGRA, yang warna hijau muda, bak daun tunas baru. Lalu sedikit berbincang dengan karyawan tokonya.
Dari percakapan kami, saya mendapatkan informasi bahwa produsen tekstil lokal Indonesia sebagian gulung tikar, dan sebagiannya lagi terancam. Karena apa.. karena datang pesaing tekstil kita yang menawarkan harga yang lebih miring, China, katanya. Yaa, saya tak heran, di kota santri itu sebagian besar pemilik tokonya bermata sipit dan berkulit putih. Jadi tak harus anehlah jika mereka ada dan lahir dii Indonesia tapi bekerja sama dengan negara asalnya.

Yaa saya akuii, hari ini penjualan kain semakin meroket. Tau sendiri kan dahulu kalaa.. orang-orang bahkan artis sekalipun kayaknya pelit banget sama yang namanya kain, untuk baju. Sedangkan sekarang? Selain lebih teredukasi tentang pakaian yang sopan, kitapun tercerahkan dengan kehadiran Islam yang semakin dipahami dengan sempurna, sehingga menutup auratpun harus sempurna. Dan yaa, hijab syar'i katanya.

Kurang lebih dari 3 atau 4 tahun lalu yaa. Tren hijab syar'i ini semakin meroket. Dan saya pun menemukan beberapa distributor dan bahkan toko hijab yang murah meriah. Hanya dengan 40rb kita sudah dapat khimar/kerudung dengan kelebaran yang super. Itu ditoko.. lain lagi dari agennya. Jika dijual kembali harga bisa naik 200% apalagi menjelang lebaran. Menggiurkan.

Apalagi, saat ini jilbab syar'i pun
dipakai oleh semua kalangan, tua muda, kaya sederhana, berilmu awwam dan lapang.

Tapi..

Kembali terhubung argumen karyawan diatas.

Saya tak berbicara untungnya bisnis tekstil dan hijab saat ini. Karena pasti menguntungkan, apalagiii.. kita berhasil mendapat harga grosiran, agen bahkan jika langsung beli ke produsen, China.

Saya lebih tertarik dari sisi, "persaingan", tapi bukan persaingan dagang.

Coba saya ajak anda memutar otak. Pernah tidak berpikir bahwa jilbab syar'i ini justru membahayakan kita, Indonesia, Islam tentunya?

Bagaimana tidak. Sederhananya kain yang kita beli, bukan dari Indonesia. Karena saat ini produsen kita kalah saing dari mereka yang mematok harga miring.
Dan saya pun pernah terheran2, saya menjumpai salah satu khimar yang saya beli, dimana disalah satu sisi, label brandnya digunting, lalu disisi lain dijahit lagi dengan brand lain, yang namanya keChina2 an. Ah sudahlah mungkin hanya saya yang terlalu sensitif mendetail.

Tapi..
Karena kemurahan mendapatkan jilbab syar'i dan kain2 lebar lainnya, sangat memudahkan muslimah menutup auratnya dengan sempurna, tetapi juga membutakan mata mereka. Membutakan bagaimana?

Karena murah, sekali beli selusin buat sendiri.
Karena mudah, semaunya kapan saja belinya, terserah.

Mubadzir.

Sehingga tak jarang justru para muslimah lupa, apa hakikat berhijab sebenarnya.

Yang terjadi adalah sifat berlebih-lebihan. Tabarruj, Tabzir.
Kerudung menyerupai mukenah bahkan lebih, karena berlapis lapis.

Gayanya bermacam-macam, lebih menarik. Hiasannya? Kerlap kerlip Menambah cantik. Coraknya berbunga2 sedap dipandang mata. Warnanya membuat kulit lebih terlihat lembut dan indah, bak bidadari turun dari syurga.

Lalu apakah itu semua telah memenuhi syarat hijab yang sebenarnya?

Hijab adalah sesuatu yang harus menghijabi(menghalangi)mu. Mengahalangi dari pandangan laki2 ajnabi diluaran sana, yaa menghalangi dan melindungi kehormatanmu dari yang ingin merusaknya, bahkan hanya dengan pandangan.

Jadi kesan saya untuk saya sendiri.

Setelah berhijab, bukan tutorial gaya2 berhijab yang harus digali, tapi alasan berhijabnyalah yang harus lebih dipahami.

Setelah berhijab, bukan ragam hiasanya yang harus dikoleksi, tapi hijab yang menutup perhiasan dirilah yang harus dipahami.

Setelah berhijab, bukan ragam motif bunga2lah yang dipertontonkan, tapi bagaimana hijabmu itu dapat memuliakan.

Setelah berhijab, bukan banyaknya gamis yang dimiliki, tapi bagaimana benar2 mempermudah hisab lah gamis2 tsb dihari akhir nanti.

After all saya senang dengan perkembangan hijab syar'i saat ini. Hanya saja esensi penggunaan hijabnya lah yang harus samasama kita lebih pahami lagi.

Sudahlah, terimakasih sudah membaca curhat ini. Yang benar datang dari Allaah yang salah datang dari diri.

Wallaahu a'lam.

Cover

Kadang ada yang mencibir orang lain karena orang tersebut melakukan satu kesalahan. Alhasil mereka memandang sebelah mata pada si pendosa. Padahal jika kita kita menemukan hal semacam itu, bencilah kemaksiatannya bukan pelakunya.

Semua ada untuk memberi makna.


Dulu pernah viral ya penista agama. Yang adanya ia justru pada akhirnya menyatukan ummat Islam untuk membela agama dengan aksi 212 dan aksi lainnya. Nah seperti itulah, sikapi setiap 'siapa' yang ada dengan porsi yang pas. Karena semua ada untuk memberi makna. Maka jelaslah makna dari ada penista agama itu membuat ummat lebih erat ukhwahnya.

Sama halnya dengan pendosa. Dia pun ada untuk memberi makna. Coba bayangkan jika misalnya kita tidak pernah melihat contoh akibat seseorang yang minum-minuman keras bahkan sampai meninggal dunia? Bagaimana..
Justru karena adanya mereka kita semakin berhati2 bukan? Hati2 dalam menjaga keluarga dan anak dari pergaulan.
Tak ada takdir yang tidak ditentukan olehNya. Maka adanya mereka memberi pesan. Ini loh akibatnya jika minum minuman keras, ini loh akibatnya jika menistakan agama.

Dont Judge people too fast!

"Dia pendosa dia tak wajar matinya."


Siapa kita?

Siapa kita boleh bicara seperti itu.
Siapa yang tau mungkin saja diakhir nafasnya dia bertaubat? Dia benar-benar berserah sebenar benar penyerahan pada Allaah, sebenar benar penyesalan. Siapa yang tau, saat itulah justru dia diampuni oleh Allaah dari dosa-dosanya.

Bukankah syarat taubat nasuha itu
Menyesal?

Ya mereka sudah menyesal.

Bukankan syarat taubat itu berjanji tidak mengulangi dosa?
Dan ya ternyata dia tidak mengulangi dosa itu lagi karena sesaat setelah bertaubat dia dijemput maut.

Bukankah syarat taubat itu menutupi dengan amal baik?
Ya, mungkin saja dia bersyahahadat sebelum kematiannya. Kalimat agung yang didamba menjadi akhir setiap hamba.
Hanya Allaah yang tau.

Ketika ada seorang pendosa yang sesat, datang, lalu mencari jalan. Justru saat itulah, waktu yang tepat kita harus merangkul mereka, jiwa2 yang kosong, hampa, untuk kembali menemukan jalan, menuju taat.

Persis seperti cerita Dhamrah bin Jundab, seorang pembunuh, pezina. Yang kemudian dia ingin berubah. Mengenai hal ini Ibnu Abi Hatim dan Abu Ya'la meriwayatkan dengan sanad jayyid bahwa Ibnu Abbas berkata, "Dhamrah bin Jundab keluar dari rumahnya untuk hijrah. Dia berkata kepada anak-anaknya, 'Bawalah aku keluar dari negeri orang-orang musyrik ini menuju Rasulullah saw..' Ketika di perjalanan dia meninggal dunia sebelum sampai kepada Nabi saw.. Lalu turunlah firman Allah..

An-Nisa' ayat 100

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

"Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Dan nabi menjelaskan bahwa karena hijrahnya itu, Damrah masuk syurga. Masyaa Allaah.

Bukankah gelas yang kosong akan terisi jika dituangkan air?
Bukankah gelas berisi air keruh jika dituangkan air bening maka air keruh tersebut akan hilang terganti air bening?

Mereka punya nurani. Artinya pasti tau apa yang dilakukannya adalah salah.

Selama dia tak membalikkan gelas, tak menutup diri untuk menerima air baru. Tak ada yang tak mungkin. Putuskanlah, kita akan menjadi kran yang mengalirkan air jernih atau teko yang menuangkan air putih. Darisitu pahala kita.

Maka berbeda jika dia mengcover diri. Cover. (K.f.r) menutup diri dari menerima keindahan Islam yang tiada tara lewat Rasulullaah. Maka dialah yang menutup hidayah dan Risalah Allaah.

Asyhadu anlaa ilaaha ilallaah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaah.

Kamis, 07 Juni 2018

Ramadhan Corner

Ramadhan Mubarak.. 
Alhamdulillaah ini tulisan pertama di bulan Ramadhan, semoga penuh keberkahan..
(postingan sebelumnya catatan lama cuma barengan aja uploadnya) 😁
***

Jadi pada intinya saya akan menjelaskan bagaimana (seharusnya) nikmatnya Ramadhan. Memperbanyak Ibadah dan bonusnya berkumpul dengan keluarga.

Dan alhamdulillaah separuh dari kenikmatan itu telah saya dapatkan, sisanya husnudzan, Allaah bungkus dengan kejutan menawan.

***
Dihari pertama, saya gugur satu jam sebelum Iftar. Jadilah mulai puasa di hari ke 7 Ramadhan. Jujur awalnya hampa. Berat godaannya, dan saya pikir itu berarti nafsu diri yang besar. Berhubung syaitannya sedang dibelenggu, jadi siapa lagi yang bisa dituduh penyebab malas dan enggan untuk ibadah di bulan mulia ini jika bukan diri sendiri, ya kan?

Dihari itu dibukalah tanda lembar tilawah, ternyata surat At-Taubah. Jelas sekali tamparannya. Allaah ingin saya taubat dulu sebelum berlanjut menambah amalan Ibadah lainnya. Setelah lisan basah maka semoga perlahan hati terbebas dari gelisah.

Oke, saatnya me-list apa saja kesalahan dan madharat yang pernah saya lakukan dan berazzam untuk memperbaiki.
Tapi ternyata, ketika kita sudah bertaubat dan kembali memulihkan Iman, tak semertamerta bisa bebas dari ujian.

Puncaknya pada suatu saat mata saya membulirkan air, tepat ketika adzan maghrib berkumandang, ditemani segelas air putih, cukup meyakinkan bahwa saya tak sendirian, ada Allaah yang membersamaiku dalam keheningan. Mata terpejam. Melangitkan pinta yang dihantar busur dan anak panah tajam.

Memutar kronologi waktu kebelakang lalu berhenti tepat diwaktu yang sedang diamanahkan.
Yaa Allaah..
Yaa Rahmaan..
Yaa Lathiif..
Yaa Mujiib..

Tak terasa terus saja air mata mengalir, bahkan sampai sesenggukan.

Yaa Allaah lembutkan hati2 kami, panjangkan ikhlas dan sabarnya hati. Jadikan Ramadhan ini Ramadhan yang indah dan penuh berkah untuk kami. Penutup permintaan saya kala itu. Lalu larut dalam sujud. 😢
***

Saya menjadi pemburu, mengejar waktu2 mustajab untuk berdoa. Begitu berulang sampai beberapa hari saya lewati. Berusaha lebih lebih lebih baik dari saya dihari sebelumnya. Meminta yang terbaik dari semua takdir untuk keesokan harinya.

Dan keajaiban terjadi.
Lagi-lagi Allaah mendengar doa hambaNya. Sebuah kabar gembira saya terima. Lisan terus berucap syukur. Alhamdulillaah. Hampir tak percaya, tapi ini nyata. 😭

Saya dibuat kagum tak hentinya. Diri banyak dosa seperti ini, tapi Kau masih menyayangi? Yaa Mujiib..
Memang benar, doa ketika orang berpuasa dan saat berbuka, antara adzan dan iqomah itu makbul.
Lagi2 Alhamdulillaah saya membuktikannya..

Apa yang saya pinta? ☺
So Much..
***

Manusiawi bukan, jika saya berdoa ketika ada inginnya dan sedang dilanda duka? Tapi dengan keimanan instan yang terseduh di Ramadhan ini saja Allaah kabulkan satu dari banyak permintaanku, terharu..
Apalagi jika keberimananku ini sebenar2nya iman.. apa kabar pintaku? Maka seketika keyakinanaku bertambah tambah.

Saya telah dan selalu meminta yang terbaik dari apapun yang ditakdirkan. Bayangkan! Yang ter-baik. Apakah itu bukan permintaan yang besar? Tentu besar! Egois memang, maka untuk menebusnya, saya pun harus memberi yang terbaik. Penghambaan yang terbaik.

Mulailah saya bermuhasabah. Menilai diri sendiri. Sulit memang, caranya lihat bagaimana respon orang lain terhadap kita, baik orang yang suka atau tidak suka terhadap kita.

Dari orang yang menyukai kita, kita bisa mengambil expert kita dalam satu hal, kelebihan yang harus dipertahankan dan dikembangkan. Dari orang yang tak suka, kita bisa mengambil makna, apa kesalahan kita, lalu memperbaikinya.

Lalu, bagaimana kita menghimpun argumen dari mereka, baik buruknya menjadi sebuah bekal untuk kembali menstarter langkah selanjutnya.

***
Ada salah satu cerita tentang wanita dan sebuah argumen "sayang".

"Kasihan sekali dulu apa2 punya, tapi sekarang 'sayang' ya dia nggak punya apa2."

Argumen seseorang pada suatu hari tentang wanita tersebut.

Dan pernahkah kalian berpikir seperti ini juga pada orang lain?

Tapi, wanita yang diperbincangkan itu justru memiliki argumen yang sebaliknya.

"Saya bersyukur hanya mendapatkan apa2 yang halal saya miliki skrg. Tapi 'sayang' kenapa tak dari dulu seperti ini."


***
Maka saya berkesimpulan bahwa begitulah hidup. Suka duka tergantung bagaimana manusia menyikapinya. Tergantung bagaimana orang memakai kacamatanya pula.
Bisa Plus atau Minus
Atau bahkan memakai kacamata sun glasses/kacamata hitam. Dimana saat seseorang memakai kacamata hitam dunia sebenarnya indah dengan berbagai warna tapi ia selalu melihat gelap adanya.
***

Its oke, tak apa hari ini banyak yang mengundang air matamu jatuh sayang, tapi yang pasti kelak kau akan menjadi mata air yang mengaliri kehidupan banyak orang.
***


Ibu Rumah Tangga: antara Profesi dan Pekerjaan

Sebenarnya ini lanjutan dari pembahasan sebelumnya tentang "Mengapa ibu rumah tangga?
Disana dijelaskan, bahwa keistimewaan Ibu rumah tangga yang pertama yaitu, IBU RUMAH TANGGA adalah sebuah PEKERJAAN.
***

Flash back on
Seorang wanita sedang menghadap cermin, memperhatikan wajahnya sambil merapihkan rambut yang akan ia tutup dengan hijab. Sebut saja dia Bunga. 😅

"Pake kosmetik apa neng?"
Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu.
"Jadi wanita itu harus dandan, karena wanita itu jualeun." 
Lanjutnya memperhatikan Bunga yang bercermin.

Bunga hanya menyernyitkan dahi. Dan menjawab sekenanya.
"Oh aku tidak memakai apa-apa. Bibi pake apa sih, bisa terlihat masih muda gitu?"

Lalu perbincangan mereka ngaler ngidul, tentang kosmetik dsb. Tapi kosmetik, dokter kecantikan dan segala perawatan wajah yang disarankan pada Bunga tak ada yang dia hiraukan, selain kalimat dari Bibinya tersebut:

"Wanita itu harus dandan, karena wanita itu jualeun."
***

What??
Apakah wanita itu sebuah porselen yang dipajang begitu saja untuk dinikmati keindahannya?

Atau jelmaan barbie cantik yang dihias menarik hanya untuk dimainkan dan saat tak cantik lagi ia bebas dibuang?
Tidak ini lebih dari itu, wanita bukan sebuah boneka yang dipoles sedemikian rupa untuk dijajakan sebagai penenang rengekan anak kecil.
Flash back off
***

Memang kebanyakan ibu ibu selalu 'mendandani' anak wanitanya untuk terlihat tampil cantik dan menarik. You know what lah ya menarik siapa, yap -lelaki. Dan kebanyakan pula mereka menganggap wanita itu sesuatu yang dijual, bahasa lembutnya ditukar dengan mahar.

Sebenarnya tak apa seorang wanita menentukan mahar, karena memang hak nya. Tapii jika diumpamakan mahar itu 'harga beli' terhadap dirinya, itu yang salah.
***

Based on my experience.
Pernah, dulu saat masih ababil lah. Jadi korban dijadikan boneka porselen.
Saat berkunjung ke rumah kakak saya diajak kondangan, dengan pede nya dipakailah dress hijau toska dengan padanan sweater pelangi dan jilbab geblus senanda yang breanded dan tas slempang Alto ala2 nongkrong di pasar.😂 Lalu duduk manis mainin hp, nunggu teteh dandan.

Pas lihat perwujudan saya antara greget dan gemes rempong kakak saya bilang:
"seriusan mau kondangan? cepet dandan!"

"Lah ini kan udah siap."

"Masa gitu."

(Teriaknya dari jauh sambil maskaraan).

Apanya yang salah, dalam hati.
Tapi tiba2 diberikanlah satu stel pakaian potongan, baju coklat tipis dengan potongan tangan kelelawar (yg ngetren pada zamannya😆), rok bludru ala2 karpet berwarna kuning coklat kotak2 dan pashmina.

"Nih ini pake cepetan, punya teteh sekalian tak kasihin dah, soalnya beli kekecilan itu."

Bukan tanpa ba bi bu, tapi akhirnya saya nurut saja. Karena asal kalian tau ya, acara ramai2 gini di kota hujan biasanya orang2 tampil "wah" buricak burinong, gliter2, kerlap kerlip, bajunya lapis2, kerudung dililit2, high heels. Apalagi acara nikahan. Jadi dengan dalih adaptasi saya terpaksa menuruti. Udahlah saya cantik waktu itu. Make up an pula. 😁

Tapi.. oleh2nya saya langsung masuk angin, mual2 dan harus kerokan pasca kondangan. Kedinginan gara2 pake kerudung lilit leher doang kali ya. 😂
***

Lupakan cerita2 itu, Back to topic: Pekerjaan dan Profesi.
Sebelumnya apa sih pekerjaan dan profesi itu?

Pekerjaan adalah mata pencaharian yang tidak menuntut keahlian.
Sedangkan profesi sebaliknya, pekerjaan yang menuntut adanya keahlian.

Beda? Jelas.
Sederhananya, contoh pekerjaan adalah, penambal ban, juru parkir, buruh, pedagang, dll.
Sedangkan contoh profesi adalah guru, dosen, dokter, perawat, bidan, pilot dll.
Perbedaannya terletak pada keahlian, profesi menuntut suatu keahlian yang ditempuh dengan pendidikan.
***

Naaah apa hubungannya dengan tema?
(Ibu Rumah Tangga: antara Pekerjaan dan Profesi)

Diawal sudah dijelaskan, Ibu rumah tangga adalah sebuah pekerjaan artinya yang tidak menuntut keahlian dan tidak ditempuh dengan sebuah pendidikan untuk manjadi Ibu rumah tangga, betul?

Tidak juga!

Ibu-ibu zaman now banyak ko yang mendirikan sebuah Institut Ibu Profesional. Belum formal sih pendidikannya tapi ini sesuatu yang sangat membanggakan!

Disana mereka ditarbiyyah. Segala ilmu, mulai dari memahami hakikat, peran, hak dan kewajiban wanita, saat menjadi anak, istri dan seorang ibu, ilmu psikogi, biar bisa memahami diri, pasangan dan anaknya kelak. Terus cara mengatur keuangan, skala prioritas, pengembangan diri, mendidik anak, dan masiiih banyak lagi ...

Jadi dewasa kini, menjadi seorang Ibu rumah tangga itu dituntut juga untuk profesional.

Nikah nggak sembarangan nikah dan punya anak. Sebab ngasuh anak aja nih yaa, ada ilmunya ada tahapan perkembangan anak yang harus diperhatikan.

Jadi sudah tentu, saat menjadi Ibu, seseorang harus terbekali banyak ilmu terkait pekerjaannya. Naah kalo pake jasa babysitter aja Nanny nya harus kompeten buat ngasuh, apalagi Ibu rumah tangga dengan segala management keluarganya kan ya?

Karena dia akan jadi Partner sekalian manager untuk suami dan rumahnya, pemerhati gizi, koki, pengelola keuangan, babysitter, dokter, perawat, psikolog biar faham anak dan suaminya nanti secara psikis, jadi guru, apalagi? Housekeeping? 😁

Dalam waktu yang bersamaan wanita harus multitasking dan multitalent ya ternyata. Kalo harus menempuh pendidikan akademik perlu waktu berapa puluh tahun coba.
Tapi untungnya wanita dibekali sekolah yang tak kenal waktu, Universitas Kehidupan, dan dia pebelajar sepanjang hayat didalamnya. Ketika benar2 memaknai pentingnya peran dia didalam rumah tangga kelak, tanpa harus keluar kodrat, itulah Profesi yang sesungguhnya untuk wanita dengan gelar Ibu.
Bagaimana?
Tertarik jadi Ibu Profesional?

Sadari diri, maksimalkan peran.
Sebab menjadi wanita, tak sesederhana harus bisa dandan! 

Seperti Cermin

Ada lelaki yang jika bertemu denganmu, ia menundukkan wajahnya demi menjaga iman. Namun disetiap malam, ia mengangkat wajahnya dan mendoakanmu dalam diam.
Anonym.

Mata adalah jendela hati, menjaga mata sama dengan menjaga hati, siapa yang menjaga pandangan diapun menjaga perasaan.

Saya yakin hal itu. Tapi (tak) yakin masih adakah yang seperti itu?

Pasti. Ada.
Dan yang seperti ini yang sulit terdeteksi keberadaannya, dimana.
Sesulit diri melakukan hal serupa.

Jikapun ada...

Saya pernah menemukan, tapi hanya didunia nyata, sedang di dunia mayanya? Entahlah..
nyatanya saya juga masih terpana-pana lihat yang 'cakep' *versisaya sliweran di sosial media. Tak sadar harusnya tetap menjaga apa yang dipandang juga disana.

Yang berjanggut tipis, berpeci, pandangannya teduh, adem, dan yang gapleh-gapleh lainnya deh. Astaghfirullaah.. sadar..
semoga jodohmu itu yang bisa menjaga pandangan di dunia nyata dan mayanya. Mau tak?

Jelas!

Maka jika inginnya seperti itu, jangan hanya mencari tapi berusahalah menjadi!

Sebab jodoh itu seperti cermin, memantulkan sosokmu.
Selesai.

Rabu, 25 April 2018

Today Activity: Jadikan aktivitas menjadi Pembelajaran anak tanpa batas

Allaahumma Shoyyiban Naafi'an..

Hujan mulai menjatuhkan diri pada dedaunan, dari awan yang sempat tertahan diperaduan.

Sudah hampir seminggu nggak hujan, paling hujan2 kecil. Gerimis. Sempet berpikir juga, emang iya sekarang sudah musim kemarau, dan berinisiatif apa salahnya mulai berhemat air dari sekarang, sampai2 nggak mandi kalo nggak kotor2an. 😆
Tapi nggak deng hari ini mah kudu mandi, secara gitu abis perjalanan jauh. Ke perpus kampus, belanja dsb.

Iya, hari ini pergi ke perpustakaan guna mencari sumber referensi untuk BAB 2 skripsi. *Yang lain sudah penelitian helloo.. whatever.
Seberapa sibuk kah? Ini lebih rumit untuk dijelaskan. Yang pasti semua punya pertimbangan dan perjuangan masing2.

Pulang sekolah, saya tanya keponakan saya A.Z Siti Aisyah mau ikut ateu nggak, dia excited banget laah pas denger gitu doang juga, langsung ganti baju dan nyamper ke rumah pas adzan dhuhur, dan nggak sholat dulu. 😂

Ini sudah saya niat dan rencanakan jauh2 hari. Dan baru kesampaian hari ini. Bagian Proses Belajar dan sosial experience untuk anak.

Oke pembelajaran 1. Ngajak sholat. Eh nyuruh deng, kalo ngajak pasti sholatnya berjamaah. Ini ateunya butuh persiapan dan tradisi sebelum sholat (setengah mandi dan make up dulu, biar cakep pas sholat nya 😄) jadi nggak sholat bareng dia.

Karena kepala suku ada agenda rapat dari Panwaslu saya telpon ojek online dulu *dan itu masih kakak laki2 gue deng yang ke 3 😆

Pembelajaran 2. Social Experience.
Saya ajak Alya naik angkutan kota, seharusnya sekalian kenalan eh kenalin yang didepan itu namanya pak supir, angkutan kota berhentinya di terminal, dll tapi tadi lupa, bahasnya tentang batas wilayah, gara2 lihat gerbang selamat datang Ciamis. Dia sempat kira sebelum batas itu katanya Sukahurip (kampung kita itu mah wkwk). Lalu sibuklah saya meluruskan persepsinya juga mengenalkan beberapa rambu lalin yang kami temui di jalan.

Pembelajaran 3: Mengenal Perpustakaan.
Itung2 refreshing dan bounding time dengan keponakan saya Alya, saya ajak dia ke perpustakaan, pembelajaran nyata tema tempat2 wisata. Iya wisata edukatif kan?
Saya beri tau sebelum berangkat bahwa kita akan pergi kemana saja hari ini, salah satunya ke perpustakaan, tentu untuk anak usia TK belum tau itu tempat apa. Ini kesempatan emas, saya jelaskan kalo perpustakaan itu gudang buku dan ilmu.

Selebihnya di TKP, saya ajak dia mencari dan mengembalikan buku pada raknya, bagaimana peraturan disana tentang jangan berisik dll.
Setelah membaca beberapa buku bersama kami keluar perpustakaan, dia tiba2 bertanya "Ateu denda itu apa?" Saya mengingat apa maksud pertanyaannya, ternyata ini karena tadi saya telat mengembalikan buku. Pasti dia mendengar kata denda dari pernyataan petugas perpustakaan. Dan bla bla kembali saya jelaskan.

Iya sejak berangkat Alya sudah banyak bicara dan bertanya. Dan itu bagus, tinggal respon kita yang kudu lebih cerewet edukatif ladenin ocehannya. Kita pasti banyak terkesima dengan pertanyaan dan pernyataan mereka. Dan yaa saya telah membuktikan.

Pembelajaran 4. It's shoping time. Namanya juga anak kecil diajak pergi ke pusat perbelanjaan girangnya minta dijajanin. Kalo nggak pinter2 tanteunya ngasih pengertian kalap tuh, nggak tau apa ateunya juga nahan mati2an nggak nyentuh trolley belanjaan.

Sabar ini ujian akhir bulan. Bedakan keinginan dan kebutuhan, kebutuhan primer sekunder dan tersier, ingat masa depan. Jangan besar pasak daripada tiang. 😅
Pembelajarannya ya itu, jangan lapar mata harus sesuaikan dengan apa yang kita punya *uang maksudnya.

Lalu belajar disuruh nyimpen dan ngambil barang di tempat penitipan. Beri beberapa kegiatan yang mendukung keberaniannya. Salah satu contoh saya minta dia pergi ke tumpukan keranjang belanja *untuk balikin keranjang. Ateunya latah bawa keranjang sgla kayak mau beli banyak padahal.. wkwk
Ditempat makan pun sama, saya minta dia memintakan tissue di meja orang lain, sederhana sih tapi untuk seusianya itu pencapaian luar biasa. Dan pasti ada kebanggaan tersendiri baginya, begitulah beri kepercayaan pada anak untuk melakukan beberapa hal.

Pembelajaran 5: Bertamu.
Saya mengenalkan teman saya, tentu dong masa ni anak dianggurin gitu aja, nggak tau siapa yang kita datengin. Dan jangan kayak Ibu2 dulu ya mereka selalu keenakan dan nggak peka malah kalo anaknya udah bosen dirumah orang sampai harus ngerengek2 tanda minta pulang. Sering2 tanya anak. Contohkan adab bertamu juga, seperti membaca salam dll.

Waktunya pulang, mendung2 tapi nggak hujan. Syukurlah khawatir banget soalnya bawa2 anak orang takut kenapa2. Dan tak lama setelah sampai dirumah, ternyata hujan juga.

Bagian bersih2, mandi, makan dan diobat, karena saya sedikit pusing. Entah masuk angin atau kenapa. Ini sensasi biasa setelah saya jadi boncenger kalo nggak pusing yaa sakit pinggang. Duh emakk kuy buka jajanannya.. 😂
Eh jadi ingat mamake, kesampaian juga beli kue bolu pesanannya. Tadinya bingung nih beli dimana. Mamah ketagihan kue yang dikasih temen, soalnya rasa tu kue mirip banget buatan kita dulu. Masa iya harus nanyain ke yang ngasih beli dimana, takut ngode ingin dikasih lagi. 🙄

Done!
Dan itu adalah sebagian cerita dari aktivitas yang kami lalui hari ini. Seperti biasa, ini curhat basa basi yang semoga bermanfaat dan menginspirasi. 

Selasa, 24 April 2018

Whatever

Dibuang sayang.
Dailynotes: 16/04/2018

Bukan berdebu lagi.. ini blog udah kayak ditabur abu vulcano kali yaa..

I'm back.. wkwk whatever.🙄

Hibernasi bukan. Beberapa bulan ini lebih pada pemantasan diri. Hoalaaah lebay.. yes its true. Jadi gini, biasalah yaa kalo udeh ditampar baru langsung sadar.

Ada seseorang, perempuan hebat dengan managemen rumah tangga yang kuat juga. Dateng ke rumah, geleng-geleng, dia bilang:
"nduk nduk kamu tuh ya baru tinggal sendiri aja udah kayak gini.. and blablabla.."
yaiyalah kalo dibandingin sama dia kalah lah aku. Dari remaja udah pinter pekerjaan rumah, lah saya kelas 4 masih disuapin, semester 4 masih bobo bareng mama. Sekarang juga sih. 😂

Jadi beda lah.

Accountan hebat tidak belajar akuntansi saat dia sudah menggeluti pekerjaan di perusahaan. Tapi dia menyiapkan waktu sebelumnya untuk belajar menjadi accountan. Bisa kursus atau kuliah.

Lanjutnya..

"Saya juga nduk yang bisa dibilang udah jago urus rumah sejak muda, pas nikah mah sama masih keteteran apalagi yang nggak belajar." 😂

Masa iyaa..

Oke.

Aku juga bisa ya mah.

Dan imbasnya. Tetiba merasa terpanggil untuk kembali memaksimalkan peran menjaga amanah yang dititipkan. Dan akhirnya kembali saya tegaskan pada diri, belajar untuk berbagi waktu antara, tugas akademik domestik dan mendidik.

Yaa mengenai tugas akademik memang sedikit telat revisi proposal, rencana satu minggu tapi nggak kehandle, jadinya harus nunggu kurang lebih 2 minggu karena dosen pengujinya berangkat umrah.

Saya yakin ini bukan sekedar kebetulan. Tapi kesempatan.

Syukuri semoga bisa tancap gas lagi walau sudah bercabang-cabang mikirnya.

Domestik?
Yaa ini yang awalnya lebih diprioritaskan, karena kemarin kedatangan tamu yang geleng2 kepala masih hidup sendiri tapi rumah kayal gini. Gimana nanti. Dan banyak tamparan lain yang bikin sadar. Iya juga ya. Gimana mau direstuin kalo gini. Ehh 😂😅

Jadilah tiap hari kudu pagi2, ibadah, beresin tempat tidur, buka2 jendela, matiin lampu, masak nasi, air, siapin sarapan, nyapu, pel. Siang setelah bertugas, tugas domestik lanjut lagi, cuci baju, cuci piring, masak makan siang. Lanjut nyetrika dan tugas sunnah lainnya. Diluar kondangan, dan nyambungan. Dan sore pun tiba.. mandi ngenutrisi hati. Jam 9 teng udah kecapean. Tidurlaah.

Pertanyaannya.. dimana waktu ngerjain skripsi? 😂

Padahal itu prioritas..
Yaa saya ngerjain diselip2 aja dimana. Atau terpaksa tugas domestik harus delay. Dikorbankan.

Inipun.. saya curhat sambil on the way rumah. Nggak berasa 4.27 sore, padahal belum makan daripagi. Abis revisi dan lanjut siap2 ngenutrisi hati setelah bertemu member multilevel pahala. Apa harus mangkas waktu tidur?

No !! 😂

Senin, 23 April 2018

Malam ke Pagi

Ditemani suara hening malam, ah apa yang harus aku tuangkan? Tentu banyak banyak banyak hal penting terjadi selama ini. Telah cukup membuat pemikiranku carut marut. Bercabang kesegala bidang.

Yang aku tau. Oh begini nyatanya hidup. Masih keras dunia yang bahkan usianya yang hampir tutup.

Kerja dikerjain.
Yaa.. banyak yang pintar tapi membodohi.
Jujur dikhianatin.
Yaa.. yaa.. kejujuran. Hal yang mahal diwariskan, sulit ditanamkan, dan dibiasakan.
***
Mau pinjam referensi dari perpustakaan, katanya referensi itu tak boleh dibawa ke rumah. Yasudahlah dibaca sekilas saja. Seminggu kemudian datang untuk kembali melihat referensi tersebut, lucu sekali, hampir semua referensi terbitan tahun terbaru itu hilang dari perpustakaan. Katanya dipinjam secara ilegal. Curang pikirku. Untuk apa petugas perpustakaan, untuk apa aturan? Jika kejujuran sekecil itu diabaikan. Katanya jugaa, jgn aneh pinjam ilegal ini sudah jadi warisan tahun ketahun. Apaapaan. 😑
***
Ada orang yang masih diam jika sebagian haknya tidak kau tunaikan tidak terganti dan terbayarkan. Diam bukan berarti tidak tau.
Karena kelak bukan dia (yang diam) yang akan memperhitungkan kesalahanmu, tapi DIA.

Kok gini yaa..
Hidup seakan2 demi uang. Iya uang memang dibutuhkan tapii.. masa iya sampai nipu2 orang. Nyikut, curang..

Ada yang teriak paling benci orang, tapi disaat lain justru berkawan? Asas pemanfaatan. Jangan sampai makanyaa kalo benci yang wajar, kalo cinta juga yang wajar2 saja.. apalagi cintanya belum halal. #absurd
***
Another day.
Flashback on.


Minggu 2 pekan lalu.. pukul 9 pagi lebih saat asyik2nya berkecimpung dengan pekerjaan domestik mingguan (baca saja nyuci), tiba2 telpon berbunyi.. "Beloved" begitu pemanggilnya tertera dilayar handphone. Saat itu juga tetiba air wajahku berubah, sumbringah. Mantap melangkah walau dengan daster berkibar indah, menjemput cintah.. eaa..

Kebiasaan memang, dia senang sekali memberiku kejutan, pulang nggak bilang2. Mending kalo rumah sedang terkondisikan. 😂
Kukecup punggung tangannya mengharap berkah.. mamaah..

Segala makanan dia bawa, tau banget udah lama aku nggak re-stock makanan dikulkas.

Lalu hari2ku berlalu dengan indah dan manjah.. 😄

Yaa walau begitu tetap saja sih kadang ada hari yang sangat disesalkan, pagi2 kelupaan. Kebiasaan hidup sendiri nggak ngeuh harus ada yg diladeni, lupa nggak masak air, padahal mamah wajib banget ngopi pagi.. lupa nggak masak nasi nyiapin sarapan (karena kalo udah dikejar deadline makan pun kadang minta aja ke kepala suku, karena nggak sempet masak).
Alhasil mamah lagi mamah lagi yang siapin makan.. duhh malu.

Malu, kalo aku pulang 'bertugas'. Rumah udah beres, bersih, cucian udah dijemuran, makanan terhidang. Siapa lagi kalo bukan mamah yang mengerjakan.

Karena kalo mamah lihat aku nggak sarapan misalnya, dia khawatir banget.. maksa2 makan..

"maah.. I'm ok. Udah biasa."

Kalo mamah lihat aku lembur ngambil tugas sekolah dikerjain dirumah terus tau kan berapa tuh upahnya. Nggak jarang dia bilang..
"Neng udah dong berhenti aja (kerjanya) gaji nggak sebanding sama capenya." 😯
Kali ini bukan sekedar itu maknanya. Aku tau, artinya mamah meminta 'waktu', ditemani.

Jadilah aku ingat kembali, pada kejadian lalu, saat aku sering datang siang ke kampus, karena menyiapkan ini itu untuk mamah.. dan percaya tidak? Banyak keajaiban saat aku mengutamakan mamah. Sering dosen nggak pada masuk saat itu, karena alasan mendesak dan mendadak. Allaahu akbar.. lirihku..
Ini no hoax yaa.. nyata banget. 😁

Dan kali ini pun sama; Mamah tetap porsi utama.

Hari2nya kulalui mendengarkan curhat mamah.. tidak sedikit cerita itu kudengar berulang2, tak apa..

Kudengar harapan2nya..
Kuberi secangkir kopi, teh, dan biskuit.. sekedar memijit tangan dan kakinya, kupandangi wajahnya lekat2 yang menampakkan kerutan. Kelelahan.

Aku berpikir, apa yang bisa kulakukan?
Untuk membayar semua pengorbanan dan perjuangannya untuku selama ini.

"Wanita hebatku. Malaikat tak bersayapku. Pelindungku.
Aku tak bisa memberi apapun padamu. Aku hanya meminta pada Allaah, untuk menjagamu, dimanapun kau berada. Menempatkanmu kelak disyurgaNya."


Perlu kita tahu. Bahwa memang ibu kita sering berlaku curang.

Pernah suatu hari, aku dan mama pergi ke perantauan saat libur semester. Setibanya di terminal kami langsung naik taxi sampai depan gang rumah.
Tapi mamah curang, saat masa liburku habis dia antar aku hanya sampai ke terminal, menggunakan taxi juga. Haru sekali rasanya. Aku mendapat lambaian tangannya saat bis yang kunaiki beranjak kembali ke kampung halaman.

Lalu curangnya, mamah pulang lagi ke rumah dengan menaiki bis metromini dan kopaja. Biar apa coba. Alasannya mamah takut naik taxi sendiri, mendingan naik bis saja. #ngebombay. apa benar seperti itu? Taxi dan bis metromini? Biaya transportnya jauh beda begitupun kenyamanannya. Belum lagi transitnya, 2x bis. 😟

Mamah selalu memberiku yang terbaik dan mengorbankan dirinya. Aku tau ongkos taxinya untuk bekalku diperjalanan. Bukan semata mamah takut naik taxi sendirian.

Melankolis.. 😭

Sekarang. Aku (masih) LDR-an. Bahkan liburan beberapa semester ini aku tak bisa menemani mamah karena tugas honor ku. Biasanya.. pas mau Ramadhan gini belanja bareng ke Tanabang belanja kodian, buat THR'an.

Oke terlalu jauh flashback nya.

Sekarang aku LDR lagi. Setelah 2 pekan dia menemani pasir waktuku dengan indah. Kini waktunya aku berlelah (menahan rindu).

Mamah berangkat lagi diantar kakak laki2ku sampai pol b*diman. Beraat nih hati. Rasanya ingin membersamai. 😢
Kutebak dari terminal kampung rambutan dia menaiki bis metromini dan kopaja lagi untuk sampai ke tempat tujuan.
***
Pokoknya yang hidupnya masih satu atap dengan orangtua, maksimalkan ya pengabdiannga. Sebab mereka adalah salah satu pintu syurga, kita bisa mengambilnya atau menyianyiakannya.

Yang LDR-an banyakin doa saja. Semoga mereka diberi penjagaan olehNya dimanapun berada. Aamiin. ☺

Adrenaline Junkies

First dailynotes di 2018. Seperti biasa bahasannya nggak akan yang berat berat lah ya, ringan aja kayak camilan.

Setelah melewati fase kritis saya (jantung berdebar, nggak enak makan, cemas berlebih dsb) kemarin yang diakibatkan mengikuti tantangan memicu adrenalin, kemudian pagi *dinihari tadi langsung online buka gmail. Dan sensasinya masih terasa.

Sepertinya masa kritis saya belum berakhir, jantung masih berdebar.

Pagi2 nunggu balasan email dari dosen tentang penilaian di classroom mata kuliah metode baca tulis qur'an. Apalagi dikerjakannya mepeeet di deadline. Ditambah kemaren tiba2 video yang udah dibikin hilang plus app classroomnya juga. Alhasil kudu bikin video dan instal ulang app. Lengkaaap sudah.. alhamdulillaah

Yaaa ngerjain tugas deadline! Pas banget tenggang waktu ituuu.. sama persis rasanya saat naik roller coaster. Memicu adrenalin atau bahasa kerennya adrenaline junkies.

Padahal sering kayak gini tapi tetep aja nggak jadi pelajaran. Hahaha

And than..

Yeaaay.. nilai sudah muncul. Kegalauan selama ini telah hilang. Ngerjain tugas pas detik deadline dan nnggu nilai dari dosen gejalanya mirip naik roller coaster kan? Dagdigdugderrr. Kayak udah pernah naik aja.. Wkwk gayanya. Padahal baru pernah naik korakora digunung kapur. Hahaha bukan takut ketinggian cuma emang udah tinggi aja dan sayang diri. Kan nggak lucu. Naek kora2 aja udah pening dan mual2. 😂😂

Oke fokeus.

Jadi emang udah jadi badhabits saya. Ngerjain tugas itu mepet2 diakhir. Jangan ditiru. Ada baiknya dikerjakan segera, sebab menunda pekerjaan samadengan menabung masalah. Ya memang seperti itu. Dan yang sering kejadian nih, misalkan kita nargetin satu hari sebelum dikumpulkan tugas baru dikerjakan, ehh ternyata hari itu ada pekerjaan lain dateng tiba-tiba dan nggak bisa ditunda.

Sudah lah ya inipun saya dikejar deadline tugas takehome.

Semoga ada dan diambil manfaatnya, bukan males dan badhabbitsnya saya.

8/01/2018