Total Tayangan Halaman

Kamis, 07 Juni 2018

Ramadhan Corner

Ramadhan Mubarak.. 
Alhamdulillaah ini tulisan pertama di bulan Ramadhan, semoga penuh keberkahan..
(postingan sebelumnya catatan lama cuma barengan aja uploadnya) 😁
***

Jadi pada intinya saya akan menjelaskan bagaimana (seharusnya) nikmatnya Ramadhan. Memperbanyak Ibadah dan bonusnya berkumpul dengan keluarga.

Dan alhamdulillaah separuh dari kenikmatan itu telah saya dapatkan, sisanya husnudzan, Allaah bungkus dengan kejutan menawan.

***
Dihari pertama, saya gugur satu jam sebelum Iftar. Jadilah mulai puasa di hari ke 7 Ramadhan. Jujur awalnya hampa. Berat godaannya, dan saya pikir itu berarti nafsu diri yang besar. Berhubung syaitannya sedang dibelenggu, jadi siapa lagi yang bisa dituduh penyebab malas dan enggan untuk ibadah di bulan mulia ini jika bukan diri sendiri, ya kan?

Dihari itu dibukalah tanda lembar tilawah, ternyata surat At-Taubah. Jelas sekali tamparannya. Allaah ingin saya taubat dulu sebelum berlanjut menambah amalan Ibadah lainnya. Setelah lisan basah maka semoga perlahan hati terbebas dari gelisah.

Oke, saatnya me-list apa saja kesalahan dan madharat yang pernah saya lakukan dan berazzam untuk memperbaiki.
Tapi ternyata, ketika kita sudah bertaubat dan kembali memulihkan Iman, tak semertamerta bisa bebas dari ujian.

Puncaknya pada suatu saat mata saya membulirkan air, tepat ketika adzan maghrib berkumandang, ditemani segelas air putih, cukup meyakinkan bahwa saya tak sendirian, ada Allaah yang membersamaiku dalam keheningan. Mata terpejam. Melangitkan pinta yang dihantar busur dan anak panah tajam.

Memutar kronologi waktu kebelakang lalu berhenti tepat diwaktu yang sedang diamanahkan.
Yaa Allaah..
Yaa Rahmaan..
Yaa Lathiif..
Yaa Mujiib..

Tak terasa terus saja air mata mengalir, bahkan sampai sesenggukan.

Yaa Allaah lembutkan hati2 kami, panjangkan ikhlas dan sabarnya hati. Jadikan Ramadhan ini Ramadhan yang indah dan penuh berkah untuk kami. Penutup permintaan saya kala itu. Lalu larut dalam sujud. 😒
***

Saya menjadi pemburu, mengejar waktu2 mustajab untuk berdoa. Begitu berulang sampai beberapa hari saya lewati. Berusaha lebih lebih lebih baik dari saya dihari sebelumnya. Meminta yang terbaik dari semua takdir untuk keesokan harinya.

Dan keajaiban terjadi.
Lagi-lagi Allaah mendengar doa hambaNya. Sebuah kabar gembira saya terima. Lisan terus berucap syukur. Alhamdulillaah. Hampir tak percaya, tapi ini nyata. 😭

Saya dibuat kagum tak hentinya. Diri banyak dosa seperti ini, tapi Kau masih menyayangi? Yaa Mujiib..
Memang benar, doa ketika orang berpuasa dan saat berbuka, antara adzan dan iqomah itu makbul.
Lagi2 Alhamdulillaah saya membuktikannya..

Apa yang saya pinta? ☺
So Much..
***

Manusiawi bukan, jika saya berdoa ketika ada inginnya dan sedang dilanda duka? Tapi dengan keimanan instan yang terseduh di Ramadhan ini saja Allaah kabulkan satu dari banyak permintaanku, terharu..
Apalagi jika keberimananku ini sebenar2nya iman.. apa kabar pintaku? Maka seketika keyakinanaku bertambah tambah.

Saya telah dan selalu meminta yang terbaik dari apapun yang ditakdirkan. Bayangkan! Yang ter-baik. Apakah itu bukan permintaan yang besar? Tentu besar! Egois memang, maka untuk menebusnya, saya pun harus memberi yang terbaik. Penghambaan yang terbaik.

Mulailah saya bermuhasabah. Menilai diri sendiri. Sulit memang, caranya lihat bagaimana respon orang lain terhadap kita, baik orang yang suka atau tidak suka terhadap kita.

Dari orang yang menyukai kita, kita bisa mengambil expert kita dalam satu hal, kelebihan yang harus dipertahankan dan dikembangkan. Dari orang yang tak suka, kita bisa mengambil makna, apa kesalahan kita, lalu memperbaikinya.

Lalu, bagaimana kita menghimpun argumen dari mereka, baik buruknya menjadi sebuah bekal untuk kembali menstarter langkah selanjutnya.

***
Ada salah satu cerita tentang wanita dan sebuah argumen "sayang".

"Kasihan sekali dulu apa2 punya, tapi sekarang 'sayang' ya dia nggak punya apa2."

Argumen seseorang pada suatu hari tentang wanita tersebut.

Dan pernahkah kalian berpikir seperti ini juga pada orang lain?

Tapi, wanita yang diperbincangkan itu justru memiliki argumen yang sebaliknya.

"Saya bersyukur hanya mendapatkan apa2 yang halal saya miliki skrg. Tapi 'sayang' kenapa tak dari dulu seperti ini."


***
Maka saya berkesimpulan bahwa begitulah hidup. Suka duka tergantung bagaimana manusia menyikapinya. Tergantung bagaimana orang memakai kacamatanya pula.
Bisa Plus atau Minus
Atau bahkan memakai kacamata sun glasses/kacamata hitam. Dimana saat seseorang memakai kacamata hitam dunia sebenarnya indah dengan berbagai warna tapi ia selalu melihat gelap adanya.
***

Its oke, tak apa hari ini banyak yang mengundang air matamu jatuh sayang, tapi yang pasti kelak kau akan menjadi mata air yang mengaliri kehidupan banyak orang.
***


Ibu Rumah Tangga: antara Profesi dan Pekerjaan

Sebenarnya ini lanjutan dari pembahasan sebelumnya tentang "Mengapa ibu rumah tangga?
Disana dijelaskan, bahwa keistimewaan Ibu rumah tangga yang pertama yaitu, IBU RUMAH TANGGA adalah sebuah PEKERJAAN.
***

Flash back on
Seorang wanita sedang menghadap cermin, memperhatikan wajahnya sambil merapihkan rambut yang akan ia tutup dengan hijab. Sebut saja dia Bunga. πŸ˜…

"Pake kosmetik apa neng?"
Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu.
"Jadi wanita itu harus dandan, karena wanita itu jualeun." 
Lanjutnya memperhatikan Bunga yang bercermin.

Bunga hanya menyernyitkan dahi. Dan menjawab sekenanya.
"Oh aku tidak memakai apa-apa. Bibi pake apa sih, bisa terlihat masih muda gitu?"

Lalu perbincangan mereka ngaler ngidul, tentang kosmetik dsb. Tapi kosmetik, dokter kecantikan dan segala perawatan wajah yang disarankan pada Bunga tak ada yang dia hiraukan, selain kalimat dari Bibinya tersebut:

"Wanita itu harus dandan, karena wanita itu jualeun."
***

What??
Apakah wanita itu sebuah porselen yang dipajang begitu saja untuk dinikmati keindahannya?

Atau jelmaan barbie cantik yang dihias menarik hanya untuk dimainkan dan saat tak cantik lagi ia bebas dibuang?
Tidak ini lebih dari itu, wanita bukan sebuah boneka yang dipoles sedemikian rupa untuk dijajakan sebagai penenang rengekan anak kecil.
Flash back off
***

Memang kebanyakan ibu ibu selalu 'mendandani' anak wanitanya untuk terlihat tampil cantik dan menarik. You know what lah ya menarik siapa, yap -lelaki. Dan kebanyakan pula mereka menganggap wanita itu sesuatu yang dijual, bahasa lembutnya ditukar dengan mahar.

Sebenarnya tak apa seorang wanita menentukan mahar, karena memang hak nya. Tapii jika diumpamakan mahar itu 'harga beli' terhadap dirinya, itu yang salah.
***

Based on my experience.
Pernah, dulu saat masih ababil lah. Jadi korban dijadikan boneka porselen.
Saat berkunjung ke rumah kakak saya diajak kondangan, dengan pede nya dipakailah dress hijau toska dengan padanan sweater pelangi dan jilbab geblus senanda yang breanded dan tas slempang Alto ala2 nongkrong di pasar.πŸ˜‚ Lalu duduk manis mainin hp, nunggu teteh dandan.

Pas lihat perwujudan saya antara greget dan gemes rempong kakak saya bilang:
"seriusan mau kondangan? cepet dandan!"

"Lah ini kan udah siap."

"Masa gitu."

(Teriaknya dari jauh sambil maskaraan).

Apanya yang salah, dalam hati.
Tapi tiba2 diberikanlah satu stel pakaian potongan, baju coklat tipis dengan potongan tangan kelelawar (yg ngetren pada zamannyaπŸ˜†), rok bludru ala2 karpet berwarna kuning coklat kotak2 dan pashmina.

"Nih ini pake cepetan, punya teteh sekalian tak kasihin dah, soalnya beli kekecilan itu."

Bukan tanpa ba bi bu, tapi akhirnya saya nurut saja. Karena asal kalian tau ya, acara ramai2 gini di kota hujan biasanya orang2 tampil "wah" buricak burinong, gliter2, kerlap kerlip, bajunya lapis2, kerudung dililit2, high heels. Apalagi acara nikahan. Jadi dengan dalih adaptasi saya terpaksa menuruti. Udahlah saya cantik waktu itu. Make up an pula. 😁

Tapi.. oleh2nya saya langsung masuk angin, mual2 dan harus kerokan pasca kondangan. Kedinginan gara2 pake kerudung lilit leher doang kali ya. πŸ˜‚
***

Lupakan cerita2 itu, Back to topic: Pekerjaan dan Profesi.
Sebelumnya apa sih pekerjaan dan profesi itu?

Pekerjaan adalah mata pencaharian yang tidak menuntut keahlian.
Sedangkan profesi sebaliknya, pekerjaan yang menuntut adanya keahlian.

Beda? Jelas.
Sederhananya, contoh pekerjaan adalah, penambal ban, juru parkir, buruh, pedagang, dll.
Sedangkan contoh profesi adalah guru, dosen, dokter, perawat, bidan, pilot dll.
Perbedaannya terletak pada keahlian, profesi menuntut suatu keahlian yang ditempuh dengan pendidikan.
***

Naaah apa hubungannya dengan tema?
(Ibu Rumah Tangga: antara Pekerjaan dan Profesi)

Diawal sudah dijelaskan, Ibu rumah tangga adalah sebuah pekerjaan artinya yang tidak menuntut keahlian dan tidak ditempuh dengan sebuah pendidikan untuk manjadi Ibu rumah tangga, betul?

Tidak juga!

Ibu-ibu zaman now banyak ko yang mendirikan sebuah Institut Ibu Profesional. Belum formal sih pendidikannya tapi ini sesuatu yang sangat membanggakan!

Disana mereka ditarbiyyah. Segala ilmu, mulai dari memahami hakikat, peran, hak dan kewajiban wanita, saat menjadi anak, istri dan seorang ibu, ilmu psikogi, biar bisa memahami diri, pasangan dan anaknya kelak. Terus cara mengatur keuangan, skala prioritas, pengembangan diri, mendidik anak, dan masiiih banyak lagi ...

Jadi dewasa kini, menjadi seorang Ibu rumah tangga itu dituntut juga untuk profesional.

Nikah nggak sembarangan nikah dan punya anak. Sebab ngasuh anak aja nih yaa, ada ilmunya ada tahapan perkembangan anak yang harus diperhatikan.

Jadi sudah tentu, saat menjadi Ibu, seseorang harus terbekali banyak ilmu terkait pekerjaannya. Naah kalo pake jasa babysitter aja Nanny nya harus kompeten buat ngasuh, apalagi Ibu rumah tangga dengan segala management keluarganya kan ya?

Karena dia akan jadi Partner sekalian manager untuk suami dan rumahnya, pemerhati gizi, koki, pengelola keuangan, babysitter, dokter, perawat, psikolog biar faham anak dan suaminya nanti secara psikis, jadi guru, apalagi? Housekeeping? 😁

Dalam waktu yang bersamaan wanita harus multitasking dan multitalent ya ternyata. Kalo harus menempuh pendidikan akademik perlu waktu berapa puluh tahun coba.
Tapi untungnya wanita dibekali sekolah yang tak kenal waktu, Universitas Kehidupan, dan dia pebelajar sepanjang hayat didalamnya. Ketika benar2 memaknai pentingnya peran dia didalam rumah tangga kelak, tanpa harus keluar kodrat, itulah Profesi yang sesungguhnya untuk wanita dengan gelar Ibu.
Bagaimana?
Tertarik jadi Ibu Profesional?

Sadari diri, maksimalkan peran.
Sebab menjadi wanita, tak sesederhana harus bisa dandan! 

Seperti Cermin

Ada lelaki yang jika bertemu denganmu, ia menundukkan wajahnya demi menjaga iman. Namun disetiap malam, ia mengangkat wajahnya dan mendoakanmu dalam diam.
Anonym.

Mata adalah jendela hati, menjaga mata sama dengan menjaga hati, siapa yang menjaga pandangan diapun menjaga perasaan.

Saya yakin hal itu. Tapi (tak) yakin masih adakah yang seperti itu?

Pasti. Ada.
Dan yang seperti ini yang sulit terdeteksi keberadaannya, dimana.
Sesulit diri melakukan hal serupa.

Jikapun ada...

Saya pernah menemukan, tapi hanya didunia nyata, sedang di dunia mayanya? Entahlah..
nyatanya saya juga masih terpana-pana lihat yang 'cakep' *versisaya sliweran di sosial media. Tak sadar harusnya tetap menjaga apa yang dipandang juga disana.

Yang berjanggut tipis, berpeci, pandangannya teduh, adem, dan yang gapleh-gapleh lainnya deh. Astaghfirullaah.. sadar..
semoga jodohmu itu yang bisa menjaga pandangan di dunia nyata dan mayanya. Mau tak?

Jelas!

Maka jika inginnya seperti itu, jangan hanya mencari tapi berusahalah menjadi!

Sebab jodoh itu seperti cermin, memantulkan sosokmu.
Selesai.