Based on my experience, actually
*
Manusia itu punya nafsu punya keinginan tentunya. Jika tak dibekali itu semua, tentu bukan manusia namanya.
*
Termasuk ketika berurusan dengan suatu perkara. APAKAH YAKIN SEMUANYA TAK BERKAITAN DENGAN EGO DIRI. Maksudnya, suatu yang dikerjakan tidak mungkin tak berhubungan dengan keinginan dan kebutuhan kita. Bekerja, tak mungkin tanpa pamrih, serela apapun dia. Pasti ada hal yang dia untungkan di sisi lain. Jika tak berupa materi, minimal sebuah prestise. Ya begitulah kurasa manusia.
*
Jangan sampai, jangan sampai; Kita mengatas namakan kepentingan orang lain padahal kita yang justru berkepentingan lain. Itu salah of course.
*
Tapi siapa sih yang dapat melihat niat dan hati kita. Hanya Allaah. Dia Maha Mengetahui bahkan apa yang kita sembunyikan dalam hati. Tentunya orang lain tak berhak menilai, hanya saja manusia (yang pastinya tau betul sifat ke-manusia-an nya) akan peka terhadap sesama spesiesnya ketika berulah tak sedemikian yang seharusnya. Oleh sebab itu bisa saja dia BERPRASANGKA. Baik buruk itu biasa. Bebas pula.
***
Yakin ingat orang lain?
Ingat. PASTI INGAT. Hanya saja, kita ingat saat kita berhasil ingat pernah berada di posisi nya.
*
Untung ada perasaan EMPATI.
Jika tak ada, kita tak pernah membantu orang lain, karena tak punya perasaan atau bahkan berpengalaman sama dengan orang lain yang butuh bantuan.
*
YANG SULIT adalah ketika kita miskin pengetahuan tentang penderitaan-penderitaan (karena tak pernah mengalaminya), lalu tak diberi kesempatan dititipkan perasaan empati.
*
Hanya Allaah yang berhak mengilhamkan perasaan itu. Jangan salahkan, walau mereka SALAH.
*
Yang parah adalah, mencaci bahkan mencari letak kesalahan seseorang tersebut lalu membiarkan penderitaan-penderitaan kita ingin dikasihani.
*
DO'AKAN. BANTU INGATKAN
Pihak yang merasa terugikan (karena tak dikasihani hak dan penderitaannya). Serta yang telah merugikan (yang BELUM terketuk hantinya untuk membantu) karena memang belum ditakdirkan.
***
Alur lain.
Manusia sekecil apapun tindakannya tak akan lepas dari kuasa Pemiliknya. BAIK atau BURUK
*
Syukuri syukuri syukuri..
Ketika mendapati seseorang yang BELUM BAIK, itu adalah cermin untuk kita. Jangan DICELA bahkan dihina. Dia samasekali tak menghendaki semua terjadi padanya. Dia dijadikan ALAT, apakah yang lain akan mengikutinya, atau mengambil pelajaran darinya.
*
Hidup tak melulu tentang diri sendiri. Kenali diri, untuk berkaca, kita ini SIAPA?
INGAT ORANG LAIN. Tanpa mereka kita bisa apa.
*
"Orang yang mengenal dirinya, dia akan senantiasa memperbaiki kekurangannya, dan orang yang mengenal Rabb nya dia akan mengendalikan nafsunya."
*
Nafsu, dan ego diri yang kita miliki sudah seharusnya dijadikan ALAT pula. Alat pengukuran, bahwa semua manusia itu SAMA SAJA.
*
SAMA SAJA, HIDUP BERKUASA UNTUK KEPENTINGAN DIRINYA (disamping kepentingan bersama).
Itu sudah menjadi siklusnya.
Yang terpenting adalah MENYADARI TUJUAN. Kemana akan membawa diri dan segudang nafsu 'keangkuhan' dan 'keegoan' yang dimiliki. Semata-mata hanya untuk kebaikan kah? Atau LILLAAH ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar