Fiiuuh.. uhuk uhuk *ngeprukan blog yang udah berdebu, yayaya udah lama nggak curhat basa-basi apalagi berbagi inspirasi, padahal banyaaaak banget #dailynotes yang di save nunggu dipost, tapi harus diedit dulu sebenarnya. Yaaa editing nya yang males.
Bulan apa sekarang? Desember. Tanggal? 31. Ohh my wow.. malam tahun baru masehi. Emang ada yang spesial? Nggak.
Lagipula disini bukan mau bahas itu.
Lah? Iya tentang kronologi waktu, ini penulisnya lagi banyak sampah emosi beberapa pekan terakhir, takut jika menuangkan curah perasaan sebelum tanggal main ditentukan.
Oke, biarkan cerita lain yang menjelaskan.
Desember-Januari adalah bulan keramat -bagisaya. Dan mungkin bagi sebagian orang. Sebab ini adalah akhir dan awal tahun *janganbicarasale. Bukan ituuu, sebab..
-pernah diberi kesempatan parkir di Pitstop.
Yaaa 6 tahun lalu ketika masih dalam pemikiran jahiliyah. Rasanya nggak lengkap tahun baru tanpa kembang api dan keluar rumah.
Enam tahun lalu aku mengkerucutkan bibir pada laki-laki tertampan dan tercintaku, si cinta pertama, gara-gara nggak diajak dan nggak dibolehin pergi tahun baruan.
Dia bilang:
"Lihat sayang, kembang apinya cantik ya, sini sini." (sambil melihat keluar jendela).
Aku tak perduli. Samasekali tak perduli!
Lalu kembali asyik dengan handphoneku. Saat itu aku mengutuk keadaan, rumah dan semunyah.
Itu dulu.
Satu tahun kemudian di tanggal yang sama. Laki-laki tercintaku.. ternyata membuatku merindu. Dia tak bersamaku. Aku menyesal, pernah meninggalkannya karena cinta yang lain. Tahun terakhir aku dibersamai olehnya yang ternyata adalah (30) hari-hari terakhir aku bersama dirinya. Dan tahun ini adalah tahun ke 6 aku tanpanya.
-Flash back off-
Ini bagaikan sebuah Pitstop.
Aku harus mengambil keputusan: tetap melaju atau berhenti ditengah jalan.
Bukan hanya banyak hal yang perlu dibenahi di Pitstop sana. Tapi tentang keadaan "diri yang sebenarnya", yang harus diubah pada "diri yang seharusnya."
Yaa ketika kita menempatkan diri pada tempat "seharusnya". Disanalah kita akan faham seutuhnya. Kita yang seharusnya tau: Darimana, dan kemana kita nantinya. Maka disinilah, dimana kita harus menempatkan diri dengan takaran yang tepat sesuai Standar Operasional Penciptaan *SOP kita, didunia.
Dulu, kita yang "sebenarnya" belum faham tujuan penciptaan makhluk, maka sekarang kita yang "seharusnya" harus faham tujuan kita diciptakan sebagai makhluk.
Terimakasih ujian, sudah menjadi Pitstop untuk pengemudi amatiran seperti diriku.
Dari satu pitstop yang menjadi titik balik kemudi itu, ada berjuta makna yang tersimpan, dan hanya menunggu waktu untuk faham semuanya, satu persatu. Yang penting sediakan sebaik-baik penerimaan.
"Oh ini ternyata maksudMu yaa Allaah.."
"Terimakasih, jika bukan karena semua ujian hidup sebelumnya, aku tentu kewalahan ditengah perjalanan hidup selanjutnya."
Dan satu hal lagi, akan ada banyak Pitstop di perjalanan selanjutnya, karena, sirkuitnya adalah kehidupan.
Begitu intinya.
Alhamdulillaah sekarang lebih bisa menikmati ritme hidup, baik buruk, susah senang. Semua ada untuk memberi makna. Semoga terus dan terus berhasil memahamkan diri atas apapun yang terjadi.
Terakhir, tentang Pitstop dan cinta pertamaku. Iya.
Ada banyak hal yang (akhir-akhir ini) aku sadari dan maknanya baru ditemukan -dengan sebenarbenar penghayatan;
"Kehilangan ada kepastian."
Dan ada kehidupan lain yang juga merupakan suatu kepastian. Jika didunia pasir waktu kita berbeda. Ayah, semoga kita berjumpa kembali disana.
Hidup itu butuh Pitstop, berhenti sejenak (jangan kelamaan juga), perbaiki, atur strategi, jalan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar