Malang memang nasib dua katak itu. Mereka terjatuh ke lubang yang dalam. Katak-katak lain hanya hanya bisa melihat dan iba kepada dua temannya itu. Mereka hanya bisa melihat, karena mereka tidak mungkin menolong. Lubang itu terlalu dalam.
Katak-katak itu berkata pada dua katak yang terjatuh tersebut untuk pasrah pada kematian. Cukuplah hari-hari yang mereka lalui sebagai kenangan dalam hidupnya. Karena, sebesar apapun usaha yang mereka lakukan, mereka tidak akan mampu menyelamatkan diri.
Kedua katak itu tidak mendengar seruan teman-temannya. Mereka terus meloncat-loncat ke atas. Namun usaha mereka sia-sia. Bersama dengan itu, katak-katak yang lain terus berkata agar mereka menghentikan usaha untuk naik ke atas. Mereka meminta kedua katak itu untuk menerima keadaan. Akhirnya, salah satu dari kedua katak itu pasrah dengan keadaan dan mati dalam kebisuan.
Namun, katak yang satu lagi pantang menyerah. Ia terus melompat dan melompat. Lagi-lagi katak-katak yang ada diatas menyerunya untuk menyerah dan menerima kematian dengan tenang. Akan tetapi, ia tidak menghiraukannya dan terus berusaha menyelamatkan diri dengan melompat-lompat. Akhirnya, tak ada yang menyangka, ia bisa sampai juga ke tepi lubang dan selamat. Ia berhasil meraih kebebasannya, setelah semua katak menyangka dirinya tinggal menjemput kematian.
Semua katak yang ada mengerumuni katak yang selamat itu. Mereka bertanya kepadanya dengan penuh keheranan. Alangkah hebat usaha ynag ia lakukan! Bagaimana ia bisa baik ke atas? Bagaimana ia tahu ia akan selamat.
Katak yang selamat itu menceritakan kepada teman-temannya bahwa ia memiliki sedikit gangguan dalam pendengaran. Ia tidak bisa mendengar dengan baik apa ynag mereka teriakkan saat dirinya berada di dasar lubang.
Seruan katak-katak itu malah dianggapnya sebagai penyemangat terhadap dirinya, juga sebagai peringatan agar dirinya tidak putus asa. Ia mengaku bahwa itulah ynag memberikan dorongan besar kepada dirinya untuk terus berusaha menyelamatkan diri.
#HalaqahCinta206
Tidak ada komentar:
Posting Komentar