Total Tayangan Halaman

11,303

Kamis, 02 Juni 2016

Kasih Sayang dalam Pedagogik Pendidikan Dasar

KASIH SAYANG DALAM PEDAGOGIK PENDIDIKAN DASAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur dari Mata Kuliah Pedagogik Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu : Drs. H. Mustopa Kamal, M.Pd
Logo IAID.jpg
Disusun oleh :
Nama
: Rani Nurmalasari
NPM
: 14.07.0518
Prodi/Semester
: PGMI/ IV B

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID) CIAMIS
JAWA BARAT
2016


KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, serta puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kasih Sayang dalam Pedagogik Pendidikan Dasar” Makalah ini disusun sebagai tugas terstruktur pada mata kuliah Pedagogik Pendidikan Dasar
Dalam penulisan makalah ini, saya sepenuhnya menyadari bahwa masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya selaku penulis. Namun, berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada Drs. H. Mustopa Kamal, M.Pd. selaku dosen pengampu. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Selanjutnya, saya hanya dapat menyerahkan kepada Allah SWT yang akan membalas segala kebaikan yang telah diberikan dengan balasan setimpal bahkan berlipat ganda.
Akhirnya saya haturkan permohonan maaf yang setulus-tulusnya jika dalam penulisan makalah ini ada hal-hal yang tidak berkenan.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pihak. Aamiin.


Mei, 2016
Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Dalam kagiatan pendidikan guru sudah seharusnya mengemas proses pendidikan tersebut dengan sangat baik, sehingga kegiatan pembelajaran dapat meninggalkan kesan kebermaknaan dalam diri peserta didik. Kebermaknaan pembelajaran yang dialami peserta didik akan mengakibatkan pada indikasi pencapaian tujuan pendidikan. Kebermaknaan pembelajaran tersebut harus didampingi guru yang mempunyai kasih sayang dalam dirinya. Kasih sayang yang diberikan oleh guru akan membuat peserta didik mudah dalam mengikuti langkah-langkah belajar, berbeda dengan guru yang dictator terhadap peserta didiknya, yang justru ketidak hadiran guru tersebut lebih diharapkan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kasih sayang?
2.      Bagaimana kasih sayang dalam Pedagogik Pendidikan Dasar?
3.      Bagaimana akibat kasih sayang yang berlebihan untuk anak?

C.    Tujuan
1.      Apa Pengertian kasih sayang?
2.      Bagaimana kasih sayang dalam Pedagogik Pendidikan Dasar?
3.      Bagaimana akibat kasih sayang yang berlebihan untuk anak?

4.      Metodelogi
            Makalah ini disusun dengan metode Analisis, yaitu metode telaah buku dan sumber informasi yang dianggap relevan dengan materi pembahasan.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kasih Sayang
            Kasih sayang merupakan pola hubungan yang unik diantara dua orang manusia atau lebih. Pola hubungan ini ditandai dengan adanya perasaan sayang, saling mengasihi, saling mencintai, saling memperhatikan dan saling memberi. (Kamal: 86).
            Anak sangat peka dengan perasaan orang lain terhadapnya. Anak-anak yang dibesarkan dalam limpahan kasih sayang, akan tumbuh menjadi anak mandiri dan kuat. Kasih sayang tersebut akan mempengaruhi kesehatan fisik maupun rohani. Anak-anak yang kenyang kasih sayang orang tuanya, tubuhnya akan lebih sehat dari anak-anak yang kurang mendapat kasih sayang. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan anak dimasa yang akan datang, termasuk jika telah meenempuh hidup berkeluarga. (Kamal: 86)
            Sudah pasti orang tua yang sangat menyayangi anaknya tentu akan memberikan segala apa yang terbaik, memperhatikan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh anaknya. Termasuk mereka akan memberikan asupan gizi dan nutrisi yang seimbang dalam membantu pertumbuhannya, tak lupa orang tua juga akan sangat memperhatikan perkembangan mental anak sesuai usianya. Sehingga seorang anak yang menerima kasih sayang yang cukup dari orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang sehat fisik maupun rohaninya.
            Berbeda dengan anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut mungkin tidak akan begitu diperhatikan oleh orang tuanya. Sehingga keseatan fisik dan rohaninya juga tidak tumbuh dan berkembang dengan baik.
B.     Kasih Sayang dalam Pedagogik Pendidikan Dasar          
            Dalam proses pendidikan disekolah, dimana peran orang tua digantikan oleh pendidik atau guru, pola hubungan pendidik perlu dilandasi oleh kasih sayang dari para pendidik kepada terdidik, agar terjalin ikatan perasaan yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan. (Kamal: 86)
            Guru merupakan orang tua di sekolah, sehingga selain mereka berkewajiban mengajarkan ilmu pengetahuan dia akan menjadi pendidik muridnya. Perbedaan dari mengajar dan mendidik adalah, mengajar hanya melakukan pemberian ilmu pengetahuan, sedangkan mendidik itu lebih kepada pemberian nilai-nilai kehidupan. Sehingga seorang guru tidak hanya melakukan transfer of knowledge tapi juga transfer of value. Oleh karena itu pola hubungan guru dengan murid perlu dilandasi oleh kasih sayang sebagaimana orang tua mendidik anaknya. Agar tujuan pembelajaran dan pendidikan dalam jalur formal ini dapat mencapai tujuannya dengan maksimal.
            Marilah kita bercermin kepada sosok agung dan mulia, Rasulullah Muhammad saw. beliau adalah figur yang paling sukses dalam mendidik manusia. Bukan hanya berhasil mengubah manusia tidak tahu menjadi tahu, namun beliau bahkan membuat manusia keluar dari masa kegelapan menuju peradaban yang cemerlang. Rasul melandasi setiap gerak-langkanya dengan cinta. (Munir: 5)
Allah SWT. berfirman :
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut teradap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berate kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu”. (Q.S. Ali Imraan [3]: 159)
            Nabi Muhammad saw. adalah Nabi dan Rasul yang diutus Allah swt. sebagai penerang alam semesta, sebagai peneerima wahyu Alla swt. untuk kemudian menerangi seluruh alam, sehingga umat manusia dapat terbebas dari kegelapan dan kebodohan. Dengan didikan yang dicanangkan Rasullullah saw. maka umat manusia khususnya umat Islam dapat terbebas dari zaman zahiliyyah. Seperti yang dijelaskan dalam surah Ali Imran ayat 159, didikan yang dilakukan Rasulullah saw. dilakukan dengan perilaku lemah lembut penuh kasih sayang. Jika sekiranya Rasullullah saw. mengajarkan dan mendidik umat dengan keras dan berlaku kasar, maka tidak akan ada yang ingin mengikuti dan mempelajari Islam.
            Seperti yang kita ketahui Rasulullah saw. memberi gelar kepada pengikut-pengikutnya sebagai ‘sahabat’, mereka merupakan orang-orang yang pertama dalam memeluk Islam dan yang mempunyai dedikasi terhadap berkembangnya Islam. Sempatkah kita berfikir mengapa mereka di sebut sebagai ‘sahabat’ Rasulullah saw. bukan sebagai murid contohnya.
            Hal tersebut merupakan bukti bahwa Rasulullah mencontohkan sikap kasih sayang, dan rendah hati, beliau tidak menganggap dirinya lebih tinggi derajatnya, dan tidak menganggap yang lain lebih rendah kedudukannya.
            Walaupun Muhammad saw. adalah seorang nabi dan utusan Allah swt, beliau tetap saja seorang manusia biasa. Hal ini mengandung makna bawa sikap, perilaku, maupun karakter beliau dapat ditiru. Selanjutnya mengenai karakter dunia dakwah dan pendidikan, dapat dilihat bahwa keduanya sama. Sebab baik dakwah maupun pendidikan bertujuan untuk mempengaruhi, membimbing dan mengarahkan umat manusia. Dengan demikian, sangatlah tepat bila seorang guru menjadikan Rasul sebagai teladan dalam dakwah dan pendidikan (Munir: 6-7) 
            Tentu walaupun Nabi Muhammad saw. adalah utusan Allah swt. beliau tetap saja manusia. Jadi sifat-sifat beliau bisa kita contoh dan menjadikannya sebagai tauladan, terutama dalam meendidik anak. Pendidikan secara umum bertujuan untuk mempengaruhi, membimbing, dan mengarahkan.
            Sejalan dengan itu dalam sisi pendidikan dasar, pedagogik merupakan ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke ara tujuan tertentu, yaitu supaya dia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupya. Singkatnya pedagogic merupakan ilmu mendidik anak.
            Mendidik dengan berlandaskan cinta akan berefek pada bertambahnya kepercayaan masyarakat kepada guru dan jga terhadap sekolah. Sebab bila anak dididik dengan penuh rasa cinta, kasih dan sayang, didalam dirinya akan tumbuh sifat-sifat positif, seperti kepercayaan diri yang tinggi, berani, dan tidak mudah patah semangat. (Munir: 49)
            Untuk menumbuhkan dan merawat kasih sayang, dibutukan kiat-kiat khusus. Kiat-kiat ini akan menentukan kualitas hubungan antara guru dengan siswa. Hubungan yang berkualitas akan menghasilkan keselarasan (harmoni). Sebaliknya, hubungan ynag buruk kan menimbulkan kekacauan (disharmoni). Guru perlu mencoba banyak cara ntuk memoles dan mewarnai hubungannya dengan anak. Sebab, ada berbagai karakter anak. Misalnya ada anak yang suka diberi adiah, tapi belum tentu suka jika diberi pujian. Demikian juga, ada anak yang mungkin lebih suka ditemani mengobrol ketimbang dibantu pekerjaannya. Itu semua menegaskan bahwa guru harus mancari cara-cara khusus yang disukai anak. (Munir: 51)
            Ada beberapa riwayat yang dapat kita jadikan rujukan tentang bagaimana Rasululla saw. tatkala berinteraksi dengan anak-anak. Dalam berkomunikasi dengan anak-anak, Rasul juga selalu berupaya mengistimewakan mereka, bahkan pernah pula bermain peran dengan anak-anak itu. Seebagai contoh, suatu ketika Rasulullah saw. menggendong Hasan dan Husain di atas pundak beliau, sambil berucap:
“Sebaik-baik penunggang kuda adalah mereka berdua, dan ayah mereka lebih baik dari mereka”. (H.R. Tabrani)
            Dalam cerita itu, Rasulullah saw. beermain peran bersama Hasan dan Husain. Beliau memerankan diri sebagai kuda, dan kedua cucu beliau sebagai penunggangnya. Ada juga riwayat lain yang menggambarkan bagaimana Rasulullah saw. bersedia mengistimewakan anak-anak.
Abdullah bin Ja’far berkata, “Apabila datang dari bepergian, Rasulullah saw. biasa disambut anak-anak kecil dari Ahlul Bait beliau,”Abdullah berkata (lagi), ‘ketika Nabi membawa saya di depan beliau. Kemudian, datang salah satu anak Fatimah (Hasan dan Husain), lalu Nabi Muhammad membonceng dia dibelakang beliau. “Abdullah berkata (lagi), “lalu kami bertiga naik kendaraan memasuki kota Madinah.” (H.R. Muslim)
            Abdullah bin Ja’far adala putra paman Rasulullah saw. Ja’far bin Abi Thalib. Kenapa Abdullah bisa bercerita tantang pengalaman dimasa kecilnya itu, dan sama sekali tidak melupakannya? Padahal, kejadian itu sudah sangat lama. Tentu hal itu disebabkan oleh kesan yang begitu kuat dan mendalam tentang kehangatan sikap Rasulullah tatkala bercengkrama dengan anak-anak, termasuk dirinya. Dapat dibayangkan, Rasulullah saw. adalah sosok agung dengan kedudukan terhormat dan kesibukkan yang luar biasa. Namun, beliau masih menyempatkan diri untuk meembonceeng anak-anak berkeliling kota Madinah dengan kuda beliau. (Munir: 54)
            Dalam mendidik anak, seorang guru juga perlu mempunyai rasa empati. Empati adalah sikap membayangkan diri sendiri berada pada posisi orang lain. Prinsipnya adalah berbaik sangka (husnuzan), tanpa rasa curiga. Sikap empati sangat dibutukan oleh semua guru, terutama guru di sekolah dasar. Mengapa? Dibanding argument anak usia SMA, argument anak SD lebih membutukan empati yang tinggi. Faktanya demikian, sebab dunia anak SMA sudah lebih dekat degan dunia orang dewwasa. Karenanya, ucapan ereka pun lebih mudah dimengerti oleeh guru. Akan tetapi, anak SD sungguh jauh berbeda. Dunia anak SD adalah dunia anak-anak dengan segudang tata nilai tersendiri, yang tidak sama persis dengan tata nilai orang dewasa. Ini lah yang membuat empati sangat dibutukan. Guru harus lebih masuk kedalam alam pikiran mereka terlebih dahulu, sebelum kemudian memahami motifnya, lantas mengambil satu keputusan. (Munir: 20-21)
C.    Akibat Kasih Sayang yang berlebihan       
            Kasih sayang orang tua memang penting, tetapi kalau terlalu berlebihan akan mendatangkan akibat yang tidak diharapkan. Kasih sayang itu seperti air atau makanan. Jika diberikan dengan ukuran yang tepat dan dengan jumlah yang tepat pula, maka akan memberikan hasil yang maksimal. Kalau tidak demikian, akan berubah menjadi sesuatu yang tidak baik. Kasih sayang yang terlalu berlebihan untuk anak adalah penghianatan. (Kamal: 86)
            Anak-anak bukanlah mainan orang tua, tetapi ia dalam manusia yang masih kecil yang harus didik untuk menyongsong masa depannya. Orang tua harus sadar bahwa suatu hari mereka akan lepas dari bimbingan orang tua. Anak-anak tidak selamanya menjadi anak-anak, mereka akan tumbuh menjadi dewasa dan harus bergaul dalam kehidupan sosial, akan mengalami hal-hal yang menyenangkan, menyedikan, meenyengsarakan dan membahagiakan. (Kamal: 87)
            Sebagai orang tua yang baik, mereka harus mempersiapkan sesuatu untuk masa depan anak-anak mereka. Mereka harus mempersiapkan sesuatu untuk masa depan anak-anak mereka. Mereka harus dididik agar menjadi mausia yang tangguh dihari esok. Jangan membiarkan mereka menjadi anak-anak yang tidak berdaya, lemah dan selalu mengiba-iba uluran tangan orang lain. (Kamal: 87)
Akibat negative kasih sayang yang berlebihan antara lain:
a.       Ingin selalu diperlakukan istimewa. Sifat-sifat otoriter dalam diri anak akan semakin mekar ketika orang tua selalu memenuhi keinginan-keinginannya. Benih-benih kediktatoran akan semakin bersemi dalam dirinya. Ketika hidup ditengah-tengah masyarakat, ia menginginkan agar semua orang memperlakukan dirinya seperti orang tuanya dulu melayani dirinya. Manusia seperti itu akan mudah patah arang, kalau keinginannya tidak ada yang memperhatikan dan tidak memperoleh simpati orang lain.
b.      Akan mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya kelak. Ia akan meminta dilayani isterinya secara sempurna dan suka memperlakukan isterinya itu seperti pembantu yang harus tunnduk dengan perintahnya. Anak-anak yang dibesarkan dalam asuhan seperti itu akan jadi anak-anak yang sangat rentan dengan masalah, kehilangan kepercayaan diri, tidak mau megambil resiko, tidak mau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting dan selalu mengharapkan uluran tangan orang lain.
c.       Tidak mau mengembangkan diri karena merasa cukup dengan apa yang diterimanya. Orang tuanya telah memenuhi segala keinginannya, pujian dan segalanya menjadi gambaran semu dirinya. Anak akan kehilangan realitas dirinya.
d.      Akan tumbuh menjadi manusia yang sombong, dan suka memaksakan kehendak sendiri. (Kamal: 87)
            Peranan kasih sayang dalam pendidikan disekolah, merupakan bagian yang tak terpisakan dalam membentuk sikap, kepribadian dan perilaku anak disamping peran keluarga dan masyarakat. Banyak peran yang semestinya dilakukan oleh pendidik dalam menjalankan proses pendidikan, diantaranya:
a.       Pendidik sebagai pembimbing
b.      Pendidik sebagai pembentuk kepribadian
c.       Pendidik sebagai tempat perlindungan
d.      Pendidik sebagai figure tauladan
e.       Pendidik sebagai sumber pengetahuan (Kamal: 88)



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
            Kasih sayang merupakan pola hubungan yang unik diantara dua orang manusia atau lebih. Pola hubungan ini ditandai dengan adanya perasaan sayang, saling mengasihi, saling mencintai, saling memperhatikan dan saling memberi. (Kamal: 86).
            Dalam proses pendidikan disekolah, dimana peran orang tua digantikan oleh pendidik atau guru, pola hubungan pendidik perlu dilandasi oleh kasih sayang dari para pendidik kepada terdidik, agar terjalin ikatan perasaan yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan. (Kamal: 86)
Akibat negative kasih sayang yang berlebihan antara lain:
a.       Ingin selalu diperlakukan istimewa
b.      Akan mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya kelak.
c.       Tidak mau mengembangkan diri karena merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
d.      Akan tumbuh menjadi manusia yang sombong, dan suka memaksakan kehendak sendiri. (Kamal: 87)



DAFTAR PUSTAKA
Kamal, Mustopa. Pedagogik Pendidikan Dasar. 2016. Ciamis : Fakultas     Tarbiyyah Institut Agama Islam Darussalam.

Munir, Abdullah. Spiritual Teaching. 2007.  Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar