Total Tayangan Halaman

11,303

Kamis, 07 Juni 2018

Ramadhan Corner

Ramadhan Mubarak.. 
Alhamdulillaah ini tulisan pertama di bulan Ramadhan, semoga penuh keberkahan..
(postingan sebelumnya catatan lama cuma barengan aja uploadnya) 😁
***

Jadi pada intinya saya akan menjelaskan bagaimana (seharusnya) nikmatnya Ramadhan. Memperbanyak Ibadah dan bonusnya berkumpul dengan keluarga.

Dan alhamdulillaah separuh dari kenikmatan itu telah saya dapatkan, sisanya husnudzan, Allaah bungkus dengan kejutan menawan.

***
Dihari pertama, saya gugur satu jam sebelum Iftar. Jadilah mulai puasa di hari ke 7 Ramadhan. Jujur awalnya hampa. Berat godaannya, dan saya pikir itu berarti nafsu diri yang besar. Berhubung syaitannya sedang dibelenggu, jadi siapa lagi yang bisa dituduh penyebab malas dan enggan untuk ibadah di bulan mulia ini jika bukan diri sendiri, ya kan?

Dihari itu dibukalah tanda lembar tilawah, ternyata surat At-Taubah. Jelas sekali tamparannya. Allaah ingin saya taubat dulu sebelum berlanjut menambah amalan Ibadah lainnya. Setelah lisan basah maka semoga perlahan hati terbebas dari gelisah.

Oke, saatnya me-list apa saja kesalahan dan madharat yang pernah saya lakukan dan berazzam untuk memperbaiki.
Tapi ternyata, ketika kita sudah bertaubat dan kembali memulihkan Iman, tak semertamerta bisa bebas dari ujian.

Puncaknya pada suatu saat mata saya membulirkan air, tepat ketika adzan maghrib berkumandang, ditemani segelas air putih, cukup meyakinkan bahwa saya tak sendirian, ada Allaah yang membersamaiku dalam keheningan. Mata terpejam. Melangitkan pinta yang dihantar busur dan anak panah tajam.

Memutar kronologi waktu kebelakang lalu berhenti tepat diwaktu yang sedang diamanahkan.
Yaa Allaah..
Yaa Rahmaan..
Yaa Lathiif..
Yaa Mujiib..

Tak terasa terus saja air mata mengalir, bahkan sampai sesenggukan.

Yaa Allaah lembutkan hati2 kami, panjangkan ikhlas dan sabarnya hati. Jadikan Ramadhan ini Ramadhan yang indah dan penuh berkah untuk kami. Penutup permintaan saya kala itu. Lalu larut dalam sujud. 😢
***

Saya menjadi pemburu, mengejar waktu2 mustajab untuk berdoa. Begitu berulang sampai beberapa hari saya lewati. Berusaha lebih lebih lebih baik dari saya dihari sebelumnya. Meminta yang terbaik dari semua takdir untuk keesokan harinya.

Dan keajaiban terjadi.
Lagi-lagi Allaah mendengar doa hambaNya. Sebuah kabar gembira saya terima. Lisan terus berucap syukur. Alhamdulillaah. Hampir tak percaya, tapi ini nyata. 😭

Saya dibuat kagum tak hentinya. Diri banyak dosa seperti ini, tapi Kau masih menyayangi? Yaa Mujiib..
Memang benar, doa ketika orang berpuasa dan saat berbuka, antara adzan dan iqomah itu makbul.
Lagi2 Alhamdulillaah saya membuktikannya..

Apa yang saya pinta? ☺
So Much..
***

Manusiawi bukan, jika saya berdoa ketika ada inginnya dan sedang dilanda duka? Tapi dengan keimanan instan yang terseduh di Ramadhan ini saja Allaah kabulkan satu dari banyak permintaanku, terharu..
Apalagi jika keberimananku ini sebenar2nya iman.. apa kabar pintaku? Maka seketika keyakinanaku bertambah tambah.

Saya telah dan selalu meminta yang terbaik dari apapun yang ditakdirkan. Bayangkan! Yang ter-baik. Apakah itu bukan permintaan yang besar? Tentu besar! Egois memang, maka untuk menebusnya, saya pun harus memberi yang terbaik. Penghambaan yang terbaik.

Mulailah saya bermuhasabah. Menilai diri sendiri. Sulit memang, caranya lihat bagaimana respon orang lain terhadap kita, baik orang yang suka atau tidak suka terhadap kita.

Dari orang yang menyukai kita, kita bisa mengambil expert kita dalam satu hal, kelebihan yang harus dipertahankan dan dikembangkan. Dari orang yang tak suka, kita bisa mengambil makna, apa kesalahan kita, lalu memperbaikinya.

Lalu, bagaimana kita menghimpun argumen dari mereka, baik buruknya menjadi sebuah bekal untuk kembali menstarter langkah selanjutnya.

***
Ada salah satu cerita tentang wanita dan sebuah argumen "sayang".

"Kasihan sekali dulu apa2 punya, tapi sekarang 'sayang' ya dia nggak punya apa2."

Argumen seseorang pada suatu hari tentang wanita tersebut.

Dan pernahkah kalian berpikir seperti ini juga pada orang lain?

Tapi, wanita yang diperbincangkan itu justru memiliki argumen yang sebaliknya.

"Saya bersyukur hanya mendapatkan apa2 yang halal saya miliki skrg. Tapi 'sayang' kenapa tak dari dulu seperti ini."


***
Maka saya berkesimpulan bahwa begitulah hidup. Suka duka tergantung bagaimana manusia menyikapinya. Tergantung bagaimana orang memakai kacamatanya pula.
Bisa Plus atau Minus
Atau bahkan memakai kacamata sun glasses/kacamata hitam. Dimana saat seseorang memakai kacamata hitam dunia sebenarnya indah dengan berbagai warna tapi ia selalu melihat gelap adanya.
***

Its oke, tak apa hari ini banyak yang mengundang air matamu jatuh sayang, tapi yang pasti kelak kau akan menjadi mata air yang mengaliri kehidupan banyak orang.
***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar