Dulu saya percaya bahwa setiap orang itu sama, asalkan satu bakal, satu bibit, akan sama persis tumbuh dan rasanya, seperti 2 buah apel dari satu pohon.
Sekarang, saya percaya, tidak menjamin seperti itu adanya. Walau satu bibit, satu pohon, 2 buah apel akan berbeda takdirnya.
Jika..
Yang pertama jatuh sebelum waktunya yang satu dipanen.
Yang satu terkena hama yang satu tidak.
Yang satu dipetik pencuri yang satu oleh pemiliknya.
Yang satu terbentuk sempurna yang satu cacat bentuknya.
Yaa begitulah.
Semua itu relatif, takdir yang mutlak. Begitupun dengan takdir manusia. Siapa yang tau..
Lalu bagaimana Adam dengan cerita kedua anaknya, Habil dan Qabil.
Padahal mereka dari rahim yang sama pula. Sungguh, itu awal kehidupan yang mengajarkan banyak hal pada kita.
Apalagi zaman sekarang; keluarga rela bercerai berai hanya karena hal tak guna, fana.
Sebab dewasa kini, banyak diri yang tercurangi saudaranya, mencuri hak saudaranya, menuduh saudaranya. Apalagi oleh orang lain?
Maka apa guna beragama? Ditambah pula dengan beragamnya kita. Siapa yang bisa menyatukannya, selain agama?
Karena agama, karena Islam, dipenjuru lain dunia saudaranya sedang sakit, yang lain ikut merasa, bagaikan satu tubuh. Sebab dalam Islam semua muslim bersaudara, tanpa mengenal batas jarak waktu dan tempat, pun dengan adat.
Ukhwah yang terjalin karena agama, dapat menggerakkan lautan umat manusia, gelombang yang maha. Siapa yang tak takut dan takjub, kecuali musuh nyata.
Itulah sekeren-kerennya ikatan.
Yaitu seberapa jelas tujuannya, asal dan kembalinya; Allaah.
Sebab agama, seberbeda apapun karakteristik mereka, selagi memahami tujuan, asal dan kembalinya satu, akan mewujud keserasian yang abadi. Keberkumpulan yang didamba bersama; syurga. Sebab Allaah semata sebagai hulu dan hilirnya.
Beedailynotes22Juni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar