Total Tayangan Halaman

11,303

Minggu, 23 Desember 2018

My Trip My Tafakur: Sun-day in Jogja Bay


Ekhm.. Ini bukan akun review apalagi promo. Ini curhat basa-basi yang semoga bermanfaat dan menginspirasi. (Manfaat dan inspirasi apanya ya?) maka dari itu orang-orang yang cari informasi  serius tentang objek wisata Jogja Bay mending jangan mampir ke tulisan ini (kecuali orang yang serius sama penulisnya, hahaha) Sebab ini hanya remahan butir kuaci Hamtaro.

Jadi Sabtu malam tepat pukul 7.30 start saya berangkat dari rumah, tentu tak salah lagi tujuannya kemana, Jogjakarta. Tak seperti pelesir-pelesir sebelumnya, kali ini bus kapasitas 60 orang yang kami sewa lebih longgar, yaa saya juga tak tahu kenapa Ibu-ibu guru lain banyak tidak ikut, bahkan ada yang cancel gitu aja. Tapi bagi saya ini kesempatan. Wkwkwk egp kepala suku bilang ini acara menghabiskan duik.

Minggu Sekitar pukul 2.00 dini hari kami di tempat istirahat Candimas. Pegel banget pinggang, sakit sebadan-badan, jalannya jelek apa gimana sih perasaan nggak tenang banget tidur. Kayaknya sih supirnya juga kurang "lembut" pegang stir, ugal-ugalan, ngebut. Istirahat yang kedua entah dimana, yang pasti setelah sholat subuh perjalanan dilanjutkan lagi, (lagi?) beneran. Total 12 jam perjalanan, apakabar tulang ekor.

Nah pas matahari mau muncul, bakda sholat subuh ganti mengganti baju, poles memoles pun dimulai. Saya cuma nyengir kuda, dan menggenapkan sistem pencernaan saja. Terang dikit nopeng, wanita. Padahal nggak pada mandi, karena nanti juga mau ke kolam renang.  Wkwk.  Ini mah demi kepentingan selfi ditempat terang. Lagi-lagi demi eksistensi diri. Dan saya cukup mencuci wajah dan gosok gigi saja. Perjalanan dilanjutkan... Dan ternyata,  ini mah kayak ke Icakan, sama-sama lewat perkampungan, sawah, jalan sepi. Sisanya saya lebih ingin tidur lagi, dan memang sepanjang jalan kemarin nggak fokus, ketahuan jago, tidurnya.

Sesampainya di tempat  parkir wisata, rekan-rekan saya yang sudah dandan dan berganti baju tadi subuh dengan pakaian cantik, lagi-lagi ganti baju lagi, stelan berenang. Rempong bener dah.
Karena suasananya sama dengan kampung kita, bahkan ada rekan kami yang bilang ini kayak di Bojongsari, kampung ter tinggi di desa saya. Percuma katanya jauh-jauh, 12 jam hanya mendatangi tempat seperti ini. Kami tertawa, lelucon apakah ini, ini Jogjakarta. Salah satu guru menambahkan, dia terpaksa berfoto dekat bunga-bunga  liar demi memberi kabar pada keluarganya kalo dia sudah sampai (biar apa?, biar disangka berada diantara semak gunung merapi mungkin), padahal masih terlantar. Begitulah keseruan kami, menertawakan diri, karena 1 jam harus nunggu diparkiran wisata Jogja Bay, kepagian. 1 jam gogoleran disebuah saung-saung bambu, (sepertinya tempat para supir istirahat).

Karena keadaan yang tidak memungkinkan, saya memutuskan untuk tidak membawa baju ganti dan meninggalkannya dibus, kata orang rugi jauh-jauh kesini tapi nggak berenang, perduli apa. Padahal degdegan juga gimana nantinya kalo saya ngiler pengen berenang. Kupasrahkan inginku padaNya.

Setelah yakin tempatnya sudah buka, kami pergi ke sebuah halte didepan tempat parkir. Tak lama datang kereta perahu, iyaa perahu yang sambung 3 rangkai kayak kereta.  Cusss.. Pukul 8 lewat, sampailah kami di depan pintu gerbang kemerdekaan. Dan berhasil sang kamera mengabadikan. Moment kemerdekaan dan ASIAN GAMES turut memeriahkan.

Naik-naik tangga dicuaca terik, seperti sudah siang terasa. Dibawah gazebo besar itulah lobi tempat pembelian tiket, pelayanannya bisa dibayar dengan kartu kredit/cash, disana juga tersedia atm mini.  Dan ditengahnya ada security Check, kami dikumpulkan berbaris, sambil nunggu giliran, saya membaca banner dengan bermacam-macam wahana, tiket 350K/orang 1Jt/4 orang. Wow.. Tapi setahun deng. *Penawaran paket, aslinya bayar kurleb 90K/orang. Anak-anak max TB 110cm/usia lebih dari 65 bayar 60K, anak dibawah 2 tahun gratis..

Di security check, kami diperkenankan tidak membawa makanan dariluar. Apa-apaan, kami yang terbiasa nimbel dari rumah, dan kebetulan (saya) belum makan, shock, tak tau aturan ini sebelumnya. Kalo tau yaa kami habisin bekal dan makan dulu lah, udah didepan gerbang gini kan gimana masa mundur lagi, buka bungkus nasi dan lontong terus lomba makan. Impossible.

Ternyata emang udah peraturannya tak boleh bawa makanan dari luar, tidak boleh merokok kecuali diarea yang ditentukan juga.

Sambil melewati lobi tiket dan pemeriksaan barang saya sempatkan untuk meminum madu kemasan yang saya bawa dari rumah, tapi tiba-tiba petugas security check memanggil , what???  Oh ternyata saya belum mengambil nomor pengambilan barang, saya pikir madu kemasan yang saya pegang pun akan dia 'rampas', kalo iya tega bener deh, kan lumayan madunya bisa nambah beberapa energi tambahan karena bekal kami ditahan dilobi.

Sepi, seluas hamparan kolam serasa milik pribadi. Nggak perlu jadi artis buat bisa booking wilayah wisata sesukanya, asal datang pagi kesananya. Hahaha.

Tapi kami sadar kami bukan artis. Lelah, jelas, 12 jam ini memang tidak mudah. Lapar, sekalii, selfi-selfi ternyata tidak dapat mengenyangkan samasekali, tapi sedikit menyenangkan mata para sosialita sebab bisa berpose ria, dalam kedok kelelahan yang menerpa. Beberapa dari kami turun ke air, beberapa yang lain memilih diam. Saya lebih ingin melihat-lihat sekitar, luaaas sekali. Udara panas sekalipun tak membuatku ingin menyentuh air kolam. Lebih suka menikmati pohon, taman bunga, dan rumput hijau disana. Sisanya pusing nyari mushola, tolong dong kasih tanda yang lebih jelas jalan ke mushola, karena mlipir banget. Pakai kubah/menara kecil kek, atau apa gitu.

Ada kelucuan lagi, tak jarang Ibu-ibu yang memilih tidak berenang, tapi ikut mandi doang. Lagi-lagi ganti baju lagi. Iya perut kosong perjalanan jauh, terus mau main air aja gitu di cuaca sepanas ini? Jam 10 pagi persis seperti tengah hari beneraaaan deh. Mau jajan adanya cafe doang. Paling murah di pinggir kolam itu ada sate baso/sosis satu tusuk 6K begitupun dengan rissoles, lontong dan roti bakar, minuman botol teh 15K, padahal harga biasa nggak lebih dari 5rb, apa-apaan. Nggak seberapa buat mereka. Tapi untuk sebagian kita?

Teman saya belum pernah makan Pizza katanya, dasar iklan, iming-iming 15K tapi gambarnya sebunder pizza kayaknya kenyang katanya segitu 15K. Saya bilang harga 15K/potong, tapi masih aja banyak yang ketipu dan setengah percaya. Daripada gue pingsan kelaperan dan kepanasan, berteduhlah di salah satu cafe, satu-satunya tempat adem , dan jadi pemadam kelaparan. Sekalian buktiin harga tuh Pizza, 45K untuk 2 potong pizza dan satu gelas Ice Milo. Kankankan.

Waktu terasa sangaaaat lamban, apalagi saya tak sedikitpun menyentuh air kolam. Nunggu dzuhur nggak tahan. Sebagian dari kami kembali ke perkemahan Bojongsari, eh. Yaa, disana kami bisa bertidur-tidur ria, sebab dikolam hampir tidak ada tempat gratis untuk berteduh, selain jembatan, rumput hijau, wc, mushola, dan beberapa tempat duduk berpayung lebar, itupun kami harus rela bagi-bagi, semakin siang semakin banyak yang datang. Sisanya saung saung teduh tersebut berbayar, itupun sudah banyak yang booking, digembok pula. Seketika saya teringat sebuah sistem kehidupan, tak bisa jalan tanpa uang. Ini miniatur dari sebuah sistem kehidupan kota. Tetiba kami rindu kampung halaman, teduh sejuk dan gratisnya kami memetik buah diladang, eaaak.

Nah jadi ini alamat Jogja Bay - Pirates Adventure Waterpark.
Jalan Utara Stadion, Maguwoharjo, Depok, Jenengan, Maguwoharjo, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281

Dari namanya juga kan sudah kentara, wisata ini bertema bajak laut gitu. Dan ternyata benar, disana ada bangunan menyerupai perahu, kita bisa kedalam perahu ini saat ingin keluar dari wahana tinggal ikutin petunjuk exit aja, didalamnya tersedia banyak cendera mata yang siap dijadikan buah tangan, mulai dari gantungan kunci, dompet, boneka, kaos, dan masih banyak lagi aksesoris dan barang-barang lainnya yang super duper keren dan lucu. Asik deh kalo berangkat bareng keluarga, apalagi kalo nggak kecapean dijalan, soalnya banyak wahana yang bisa dinikmati.Tapi bisa sih nginep di hotel-hitel sekitarnya, asal siap dompet. Wkwk masih penasaran sebenernya, kapan-kapan harus kesana lagi kayaknya.

Lepas dzuhur kami berangkat lagi. Singkat cerita waktu Ashar sampailah kami di real Jogja, Malioboro. Romantic City katanya. Driver Becak motor menyambut kami dengan bahasa medoknya Logat Jawa. 20 ribu diantar sepuasnya. Bentar mas saya masih pening. Hahaha

Kami diantar berkeliling dengan becak motor mencari baju batik khas Jogja, pergi ke pabrik bakpia, nyobain gratis tis tis seepuasnyaa, itupun kalo nggak malu, dan berujung di jalan Malioboro, yang belum ramai pengunjung dan pedagang sebab masih pukul 4.00 sore.
Ah Jogja, hari ini melemparkanku pada kenangan 5 tahun silam. Suatu malam dengan rintik hujan.
"sempatkanlah aku kembali ke kota ini, yaa Allaah." begitu pintaku kala itu, menikmati tetesan air yang merasuk pori-pori. Kota yang indah, Artistik. Dan sore ini aku menginjakkan kaki dikota yang sama yang ku injak 5 tahun lalu, didepan kantor pos indonesia.

Malam setelah Isya kami pulang. Sebelum Subuh kami sudah sampai.

Another story.
Saya sedang kurang sehat saat pergi liburan, kecapean mungkin pas tujuh belasan, hari Jumat arakan ke desa, disambung lomba-lomba disekolah Sabtunya, dan berangkat malam minggunya. alhasil pulang-pulang tepar sampai semingg u lebih dan harus bedrest. Indahnyaa.. Alhamdulillaah..

Perjalanan kali ini bener-bener bertafakur. Panasnya cuaca di Jogja Bay, benar-benar membuatku tak berdaya, eeaa lebay. Serius, kudu bawa payung kalo nggak topi lebar. Serasa di padang arafah, tapi ini piknik, dan mungkin kurang berfaedah. udah panas belum makan, sakit tenggorokan, makanan pada mahal. Kalo jajan, oleh-oleh pasti nggak kebeli. Duhduh malangnya diri ini. Tapi daripada kenapa-napa akhirnya beli Pizza, nggak doyan sih tapi gimana lagi, laper.

Sepanjang jalan saya bawa-bawa saputangan basah, konyol, tapi masuk akal. Ngelap-ngelap wajah biar glowing (padahal ngompres, deeng). Kalo nemu WC pasti cuci muka dan basuh kaki. Kan saya mulai demam ceritanyaa.. Apalagi di Malioboro, boro-boro berhasrat beli ini itu, yang ada kaki pegellinu, saking panasnya. Nyeraah nyeraah, yang lain lagi belanja murah, saya jajan pecel sajalah. Sore itu, makan pinggir jalan romantis ya kalo sama gandengan, ehh pasangan. Seriusan kalo kesana lagi beli pecel seporsi aja bisa berdua saking banyaknya. Tapi kali itu gue mah abis aja deng saking lapernya. Hahaha

Jadi ceritanya abis dari toillet, posisinya di pos penjagaan depan Taman Pintar, eh itu toilet nggak bisa dipake BAB, kirain petugasnya becanda ya, masa nggak bisa dipake buat BAB, eh ternyata iya, air di klosetnya nggak bisa ngalir, menggenang aja gitu, lamaaa surutnya. Untung saya patuh aturan, dan untung temen saya nurut dibilangin gitu, tadinya dia maksa-maksa ingin... Wkwk nah darisanalah kita pisah nyari WC lain. Kocaknya lagi, saya baru tau, depan taman pintar itu nggak ada lampu merah (adanya lampu orange aja kali ya). Boromah nungguin lama madepin zebracross sambil ngobrol sama abang becak motor, kirain ada lampu merahnya. Tepuk jidat. Pantesan orang-orang nyebrang nggak pake aturan. Nggak apa-apa yang penting patuh, nyebrang di jalurnya. Wkwk

Abis nyebrang, lupa letak parkiran, aduh rann.. Maaf emang akhir-akhir ini nggak fokus, kan lagi demam, eheheh. Alhasil keliling-keliling cari mobil bus DNS. Nyempil-nyempil  diantara bus-bus besar, ngeri juga, apalagi mesinnya pada nyala. Takut tiba-tiba bus-busnya maju, dan saya yang segede upil ini nggak kelihatan perwujudannya.

Lelaah, saya pasrah, balik lagi ke trotoar jalan nunggu temen disana. Sambil ngobrol dan nanya ke petugas keamanan lalu lintas dimana lagi letak parkiran bus. Lagi khusuk dengerin logat medok petugas lalu lintas, eh temen saya nongol dari belakang. Hahaha tega aku kau tinggalkan. Kemudian saya pamit, saya tak ingin lama-lama dengan petugasnya, dia masih muda, takut saya, takut sama cakepnya.

Dimobil saat perjalanan pulang deman saya semakin menjadi, pegal kakinya juga, untung bawa h*tin cream. Duh abis karokean guru-guru malah bahas orang yang meninggal diperjalanan lagi. Iya warga kampung saya ada yang meninggal saat perjalanan ke Jakarta, dan ternyata salah satu guru itu ditakdirkan satu bus dengan warga kampung saya yang meninggal itu, dan jadi saksi bagaimana kronologi kejadian waktu itu, duhh yaa Allaah, alhamdulillaah saya selamat sampai pulang. Sempet mikir macem-macem dijalan.

Tafakur lagi, saya tau arti perjalanan, dan perjuangan.
Kami nyampe jam 4 pagi kurang lebih, sebelum waktu subuh. Nelpon nggak pada diangkat sama orang rumah. Udahdeh kami jalan kaki dari Ancol. Jauhnya kira-kira 2km. Kalo Cuma dibayang-bayangin ya jauhlah, tapi kalo ditempuh rasanya nggak jauh. Dulupas sekolah jalan kaki lebih dari ini.
Jangan kalah sama yang tua! Nyemangatin diri. Dan akhirnya tepar 10 hari.


Monday, 20 August 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar