Kudengar suara lirih memanggil, ternyata Uwa. Kakinya sudah menapaki tanah. Ada apa hujan seperti ini, pikirku, pasti ada sesuatu yang dia butuhkan, berhubung tak ada orang dirumahnya. Pasti sulit melakukan sesuatu sendiri dengan kaki yang tak bisa berjalan lagi.
Kulihat dari jendela, handuk di pagar, separuhnya basah karena hujan. Bergegas ku rapikan mukenah, dan lari keluar rumah mengambil handuk itu dan menghampiri.
Sambil ku lap lantai basah karena bocor. Ku ajak Uwa sekedar ngobrol, tak tega melihatnya seorang diri di rumahnya.
Tiba pada percakapan inti, aku dan Uwa tentang mimpinya. Dia berkata melihat Bapak ku yang tak lain adalah adiknya.
"Bapakmu memakai sarung hijau, berbaju putih sedang berbaring diatas kasur yang juga dikelilingi bunga-bunga berwarna putih..
Wajahnya cerah, bersantai diatas kasur, dengan rajutan kedua tangan yang diletakkan dibawah kepala.."
Uwa sukses membuat mataku berkaca-kaca, sambil terus tersenyum haru membayangkan bagaimana tenangnya Bapak disana, semoga itu menjadi hal yang bukan mimpi saja..
Butuh waktu untuk meredakan mata yang memanasku, ditambah wanita 75 tahunan ini menangis.. Aku, hanya bisa menenangkan dengan kata yang kupelajari, dengan tata bahasa yang pasti tak sempurna, bagaimana pun dia orang tua, yang sudah sepatutnya dijaga, karena tak ada pembalasan setimpal dengan merawatnya penuh ikhlas, selain syurga..
Dalam hati aku meminta, semoga bisa berbakti pada Mama, akhirat dan dunia..
Begitupun pada Bapak..
Semoga doa yang senantiasa aku panjatkan sampai padanya..
Tentang pengampunan Allaah pada semua kesalahan dan kekhilafannya..
Tentang kedamaian, tempat dan segala hal yang baik di alamnya..
Tentang pembalasan kebaikannya dan kebaikkan ku yang diajarkannya..
Tentang dosa kami sebagai anak, semoga tak menariknya ke neraka..
Demikian yang kusemogakan.
Karena banyak hal yang diwariskannya, Bukan harta tapi keikhlasan..
Bukan tahta tapi kemuliaan..
Semoga menjadi pemberat timbangan untuk ke syurga. Semoga.
Selanjutnya, aku kembali, melihat Uwa melahap roti yang kuberi. Dengan gigi yang tak lagi utuh, roti adalah makan na aman baginya..
Lama. Aku hanya bisa memperhatikan, bagaimana itu menjadi tua, bagaimana itu hidup sudah diambang usia, kupandangi kulit keriput dan rambut putihnya.. ah betapa hidup sesingkat ini. Rasanya masih kemarin aku melihatnya masih muda..
Beriring hujan, setumpuk memori tak hentinya menghujani.. tentang semua kronologi hidup yang aku lalui, tentang Bapak dan hadirnya di mimpi ku dan Uwa tentunya..
Beriring hujan, setumpuk kesadaran aku dapatkan."Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.."
Allahummagfirlahu warhamhu wa'afinii wa'fuanhu..
"Seorang Muslim yang memberi pakaian kepada seorang Muslim yang bertelanjang maka Allaah swt. Akan membalasnya dengan kain warna hijau syurga. Dan seorang Muslim ynag memberikan makanan kepada orang Muslim ynag kelaparan maka Allaah swt. akan memberikan pada hari kiamat buah-buahan dari syurga. Dan seorang Muslim yang meberikan minuman pada orang Muslim yang kehausan, maka Allaah swt. akan memberikan minuman padanya di hari kiamat berupa minuman harum yang masih ditutup rapat." (HR. Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar